Oleh : Budi Sampurna
Agus PurwadiantoPerlu dipahami bahwa tidak semua ular berbisa, akan tetapi karena hidup pasien tergantung pada ketepatan diagnosa, maka pada keadaan yang meragukan ambillah sikap menganggap setiap gigitan ular tersebut berbisa.
Gigitan ular berbisa sangat berbahaya; 11 % penderita akan meninggal dunia akibat bisa ular yang dapat bersifat hematotoksik, neurotoksik atau histaminik.
Nyeri yang sangat dan pembengkakan dapat timbul pada tempat gigitan, pasien dapat kolaps atau pingsan, sukar bernapas dan mungkin muntah-muntah. Sikap menenangkan pasien adalah penting karena ia biasanya takut mati.
Gejala dan tanda
1. Terdapat bekas gigitan yang khas, yaitu 2 luka tusuk dengan
jarak tertentu, dan dapat disertai luka bekas gigitan gigi
bawah yang lebih dangkal.
2. Ekimosis, edema dan perdarahan lokal dan dapat disertai
2. Ekimosis, edema dan perdarahan lokal dan dapat disertai
nyeri setempat.
3. Gejala lanjut berupa depresi pernapasan dan sirkulasi
3. Gejala lanjut berupa depresi pernapasan dan sirkulasi
serta gejala neurologik.
Penatalaksanaan
Oleh karena hampir sukar diketahui ular berbisa atau tidak, maka sebaiknya semua gigitan ular dianggap sebagai
gigitan yang berbisa, adapun penatalaksanaannya yaitu :
Oleh karena hampir sukar diketahui ular berbisa atau tidak, maka sebaiknya semua gigitan ular dianggap sebagai
gigitan yang berbisa, adapun penatalaksanaannya yaitu :
1. Cegah penyebaran bisa dari daerah gigitan, dengan jalan :
a. Pasang tourniquet di prokimal daerah gigitan/pembengkakan
untuk membendung sebagian aliran limfe dan vena tetapi
tidak menghalangi aliran arteri (denyut nadi distal tetap
teraba). Bedasarkan penyelidikan, bisa atau racun ular
menjalar lewat aliran getah bening, sehingga perlu
istirahat total dari anggota gerak yang tergigit dengan
pemasangan bidai mirip penderita fraktur.
b. Letakkan daerah gigitan lebih rendah dari tubuh.
c. Boleh diberi kompres es lokal.
d. Usahakan penderita setenang mungkin dengan cara
b. Letakkan daerah gigitan lebih rendah dari tubuh.
c. Boleh diberi kompres es lokal.
d. Usahakan penderita setenang mungkin dengan cara
menenangkan pennderita.
2. Perawatan luka
a. Hindari kontak luka dengan larutan asam, KMnO4, yodium
atau benda panas.
b. Zat anestetik disuntikkan di sekitar luka jangan ke dalam
lukanya. Bisa ular dikeluarkan dengan cara penghisapan
dengan menggunakan mulut atau dapat juga dengan alat bantu
hisap misalnya breast pump semprit. Bisa ular tidak
berbahaya bila tertelan.
3. Berikan suntikan anti bisa (antivenin); pengobatan yang
adekuat memerlukan 4-5 ampul, anak-anak mungkin memerlukan
dosis yang lebih besar (2-3 kali)
Teknik pemberian :
- Lakukan terlebih dahulu tes sensitivitas untuk mencegah
timbulnya reaksi hipersensitifitas ketika obat tersebut
diberikan.
- Bila penderita sensitif, 1 ampul diberikan secara besredka
dan apabila tidak sensitif 1 ampul antivenin
diberikan dengan cara sebagai berikut :
a. 5 ml disekitar luka, pemberiannya dapat secara sub kutan
atau IM.
b. Sisanya dapat diberikan ditempat lain, baik secara IM
atau per-drip.
- Pemberian berikutnya diberikan secara IM atau perdrip.
4 Perbaiki sirkulasi penderita, dengan jalan :
a. Pemberian kopi pahit pekat.
b. Bila perlu diberikan pula vasokonstriktor, misalnya
efedrin dosis 10-25 mg dalam 500-1000 ml cairan per-drip
5. Obat lain
a. ATS 1500-3000 U
b. Toksoid tetanus 1 ml
c. Untuk mencegah infeksi luka gigitan dapat digunakan obat
antibiotik
6. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Tanda kelemahan, vertigo, nadi cepat, lemah dan tak
teratur, pembengkakan dan perubahan warna yang hebat
di daerah gigitan penting diperhatikan untuk menduga
adanya efek keracunan yang lanjut.
b. Kemungkinan relaps yang berbahaya timbul tiga hari
setelah gigitan.
c. Efek keracunan yang timbul dapat sangat berat sehingga
sedapat mungkin penderita memperoleh perawatan
intensif di rumah sakit.
Sumber artikel : Buku kedaruratan medik edisi revisi
Karya : Budi Sampurna dan Agus Purwadianto
Artikel ditulis untuk tujuan pendidikan dan informasi kesehatan.
2. Perawatan luka
a. Hindari kontak luka dengan larutan asam, KMnO4, yodium
atau benda panas.
b. Zat anestetik disuntikkan di sekitar luka jangan ke dalam
lukanya. Bisa ular dikeluarkan dengan cara penghisapan
dengan menggunakan mulut atau dapat juga dengan alat bantu
hisap misalnya breast pump semprit. Bisa ular tidak
berbahaya bila tertelan.
3. Berikan suntikan anti bisa (antivenin); pengobatan yang
adekuat memerlukan 4-5 ampul, anak-anak mungkin memerlukan
dosis yang lebih besar (2-3 kali)
Teknik pemberian :
- Lakukan terlebih dahulu tes sensitivitas untuk mencegah
timbulnya reaksi hipersensitifitas ketika obat tersebut
diberikan.
- Bila penderita sensitif, 1 ampul diberikan secara besredka
dan apabila tidak sensitif 1 ampul antivenin
diberikan dengan cara sebagai berikut :
a. 5 ml disekitar luka, pemberiannya dapat secara sub kutan
atau IM.
b. Sisanya dapat diberikan ditempat lain, baik secara IM
atau per-drip.
- Pemberian berikutnya diberikan secara IM atau perdrip.
4 Perbaiki sirkulasi penderita, dengan jalan :
a. Pemberian kopi pahit pekat.
b. Bila perlu diberikan pula vasokonstriktor, misalnya
efedrin dosis 10-25 mg dalam 500-1000 ml cairan per-drip
5. Obat lain
a. ATS 1500-3000 U
b. Toksoid tetanus 1 ml
c. Untuk mencegah infeksi luka gigitan dapat digunakan obat
antibiotik
6. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Tanda kelemahan, vertigo, nadi cepat, lemah dan tak
teratur, pembengkakan dan perubahan warna yang hebat
di daerah gigitan penting diperhatikan untuk menduga
adanya efek keracunan yang lanjut.
b. Kemungkinan relaps yang berbahaya timbul tiga hari
setelah gigitan.
c. Efek keracunan yang timbul dapat sangat berat sehingga
sedapat mungkin penderita memperoleh perawatan
intensif di rumah sakit.
Sumber artikel : Buku kedaruratan medik edisi revisi
Karya : Budi Sampurna dan Agus Purwadianto
Artikel ditulis untuk tujuan pendidikan dan informasi kesehatan.
0 komentar:
Posting Komentar