Dermatitis kontak alergi pada semen

     
    Semen pada dasarnya merupakan suatu campuran dari kapur dan tanah liat yang muncul secara alamiah ditempat-tempat tertentu didunia. Walaupun demikian semen yang komersial juga diproduksi. Semen menurut pembuatannya ada 2 cara yaitu cara kering dan cara basah.  semen portland yang pembuatannya secara basah. Komposisi kimianya terdiri atas :
- Tanah liat
- Batu  kapur
- dan gibsum

     Tanah liat, baru kapur dan gibsum ini merupakan bahan dasar dalam pembuatan semen. Selain itu masih ada unsur-unsur dalam jumlah kecil yaitu Na2O. M9O,  K2O. 
  
     Semen portland mempunyai pH lebih dari 12 sehingga bersifat alkalis yang kuat. Semen dapat menyebabkan dermatitis iritan primer karena kandungan alkalinya yang tinggi. Demikian pula butir-butir silika dalam semen secara mekanis dapat mengiritasi kulit dan menyebabkan dermatitis. Tampaknya efek iritan dan kandungan alkali dari semen mempunyai dampak terhadap perlindungan kulit, dapat membiarkan terjadinya penetrasi dan sensitisasi terhadap dikromat dalam semen. Bahan sensitisasi utama dalam semen adalah dikromat, tetapi logam lain seperti nikel dan kobalt, juga dapat ditemukan. Hipersensitifitas terhadap kobalt dan nikel dapat menyebabkan dermatitis semen dalam suatu kondisi tertentu. Oleh karena itu, uji tempel harus dilakukan tidak hanya dengan dikromat tetapi juga dengan nikel dan kobalt dalam suspek dermatitis semen.

Penyebab dermatitis kontak alergi terhadap semen, yaitu :

1. Krom

   Kromat heksavalen adalah kromat paling kuat yang dapat mensensitisasi karena kelarutannya dan kemampuannya untuk menenmbus kulit. Kromat heksvalen dalam semen adalah penyebab paling sering pada dermatitis kontak alergi, khususnya diantara pekerja-pekerja konstruksi selama lebih dari 3 dekade. Jaegar dan pelloni merupakan orang pertama yang mengetahui peranan kromat sebagai penyebab dermatitis semen. Tidak sperti garam kromium trivalen yang insoluble, kromat heksavalen yang larut dalam air mensensitisasi dan menyebabkan dermatitis kontak alergi. Laporan- laporan sebelumnya telah menunjukkan bahwa kromat heksavalen dalam semen terdapat dalam konsentrasi yang adekuat untuk dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi. Di inggris, konsentrasinya dalam semen berkisar antara 10-30 mg/g
dan di Swedia 1-40 mgg. Pada studi ditahun 1985, dilaporkan dari 6 merek semen singapura, konsentrasi kromatnya berkisar antara 3,6-17,7 mg/g.

   Sumber kromat dalam semen tetap kontroversial. Diyakini bahwa sumbernya berasal dari butiran dan abu besi kromium. Johnson dan Calnan menemukan kromat dalam tanah liat, serbuk batu bara dan kapur. Kebanyakan dari kromat tersebut muncul sebagai senyawa kromium trivalen yang tidak dapat larut, tetapi dalam alat pembakaran terkonversi menjadi kromat heksavalen yang larut dalam air.

   Dari pekerja bangunan di Jerman hasil uji tempel adalah 31,9 % positif terhadap potassium kromat. Irvine et al melaporkan prevalensi yang tinggi (17 %) dari alergi kromat diantara pekerja tanah selama pembangunan konstruksi terowongan channel. Dari 65 % penggali yang di uji tempel menunjukkan reaksi yang positif terhadap kromat.

  Selama lebih dari 10 tahun terakhir, terjadi suatu penurunan yang menyeluruh dalam prevalensi alergi kromat diantara pekerja konstruksi. Hal ini dapat merupakan akibat dari penurunan konsentrasi kromat heksavalen dalam sejumlah semen, juga akibat dari penggunaan yang meluas dari ampas besi sebagai pengganti dari karak besi dalam semen pada pertengahan tahun 1980 an. Di swedia dan Denmark, konsentrasi kromat heksavalen dalam semen telah diturunkan dengan menambahkan ferrous sulfat dalam semen.

2. Kobalt

   Logam kobalt bereaksi lambat dengan keringat dan larutan saline netral untuk memberikan ion divalen yang merupakan suatu alergen kuat yang poten. kobalt mempunyai sifat keras, mengandung magnit dan berwarna abu-abu perak. Kobalt terdapat sebagai kontaminan dalam nikel dan keduanya selalu terdapat bersama-sama. Kobalt bentuk murni terdapat dalam bentuk garam dan bentuk oksida, semuanya bersifat sensitizer. Kobalt terdapat pada semen dengan konsentrasi yang rendah ( kurang dari 0,01 %), terdapat pada semen di Eropa dan Belanda. Dilaporkan terdapat 2 orang pekerja Kuba yang alergi terhadap kobalt pada semen. Bila terdapat uji tempel yang positif terhadap kromat dan kobalt, sukar untuk menentukan apakah kobalt yang merupakan faktor utama dari dermatitis kontak alergi semen tersebut.

   Kobalt sering terdapat dalam bentuk campuran bersama dengan nikel atau kromium atau keduanya. Diperkirakan 80 % dari penderita  yang sensitif terhadap kobalt juga  sensitif  terhadap kromat atau nikel. Pada pekerja  bangunan sering bersifat sensitif terhadap krom dan kobalt. Sedangkan pada wanita yang menggunakan perhiasan sering sensitif terhadap nikel dan kobalt.

3. Nikel

   Nikel merupakan penyebab dermatitis kontak alergi tersering dimana wanita lebih banyak dari laki-laki. Garam-garamnya antara lain nikel sulfat (NiSO4) dan nikel klorid, mudah larut dalam air dan mempunyai sifat sensitisasi yang kuat. Oksidanya ( antara lain Ni2O3) dan hidroksidanya (Ni(OH)2) dapat menimbulkan dermatitis kontak alergi.Panas, lembab, keringat dan gesekan akan memperberat dermatitis kontak alergi akibat nikel, karena akan mempermudah sensitisasi sebagai akibat lebih banyak nikel yang larut dalam keringat yang akan diabsorpsi kulit. Difusi nikel melalui epidermis akan berambah karena keringat dan deterjen.

   Nikel dilaporkan sebagai alergen pada pekerja salon, pembuat alat-alat keramik, pekerja bangunan dan pembuat batu bata. Dalam industri digunakan untuk melapisi logam lain misalnya stailess steel ( 8% Ni dan 18% Cr), pelapis emas dan perak yang banyak digunakan sebagai komponen perhiasan dan alat rumah tangga.

   Dari penelitian kuantitatif didapatkan bila seseorang terpapar dengan nikel 0,5 mg/cm2/ minggu mempunyai resiko untuk tersensitisasi dengan nikel. Nikel juga terdapat dalam air dan makanan, makanan yang dapat mengandung nikel antara lain coklat, udang laut, ikan laut dan kerang laut. Mengurangi diet nikel pada makanan, berguna untuk orang yang sensitif terhadap nikel.




Sumber artikel : Buku Ilmu Penyakit Kulit
Karya : Prof. DR dr Muhammad Dali Amiruddin Sp.KK (K)
Guru Besar  Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin , Makassar

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © Dokter Network Angk 97