Sindroma metabolik (Pengertian, epidemiologi, dan kriteria diagnosis)

Oleh : Prof. dr John MF Adam, SpPD - KEMD
Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar, Indonesia

Dan  : dr Herman Adriansjah, SpPD
 

PENDAHULUAN

     Menurut National Cholesterol Education Program Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High blood Cholesterol in Adults Treatment Panel III (NCEP ATP III)) tahun 2001, sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik baik lipid maupun non-lipid yang merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner, yang terdiri atas obesitas sentral, dislipidemi aterogenik (kadar trigliserid tinggi dan kadar kolesterol high-density lipoprotein (HDL) rendah), hipertensi, dan glukosa plasma yang abnormal (lihat tabel 4). Keadaan tersebut di atas berhubungan erat dengan suatu kelainan sistemik yang dikenal sebagai resistensi insulin . Resistensi insulin adalah suatu gangguan respons biologis terhadap insulin, dengan akibat kebutuhan insulin tubuh meningkat sehingga terjadi hiperinsulinemi untuk mempertahankan kadar glukosa plasma agar tetap dalam batas normal . Resistensi insulin berkaitan erat dengan obesitas, khususnya dengan penimbunan jaringan lemak abdominal atau obesitas sentral . Beberapa keadaan resistensi insulin seperti sindroma ovari polikistik, terapi glukokortikoid, atau kehamilan tidak termasuk sindroma metabolik .

    Konsep tentang adanya sekelompok faktor risiko PJK sebelumnya pernah dikemukakan oleh Kylin pada tahun 1933 dengan nama sindroma X yang terdiri atas obesitas, hiperurikemi, dan hipertensi. Kemudian Reaven pada tahun 1988 memperkenalkan kembali sindroma X dengan komponen yang berbeda yaitu obesitas, hiperurikemi, dan hipertensi . Selanjutnya semakin banyak faktor risiko PJK yang diusulkan sebagai bagian dari sindroma X sehingga sindroma ini mendapat beberapa nama lain seperti sindroma resistensi insulin , the deadly quartet , atau sindroma dismetabolik. Nama sindroma metabolik resmi digunakan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 1999 .

EPIDEMIOLOGI

   Prevalensi sindroma metabolik sangat bervariasi oleh karena beberapa hal antara lain ketidak seragaman kriteria yang digunakan, perbedaan etnis / ras, umur dan jenis kelamin. Walaupun demikian prevalensi sindroma metabolik dapat dipastikan cenderung meningkat bersamaan dengan meningkatnya prevalensi obesitas maupun obesitas sentral. Penelitian San Antonio Heart Study (1979-1982) melaporkan 15,8% dari 1125 orang Mexico-Amerika dan kulit putih berusia antara 25-64 tahun yang sedikitnya ditemukan dengan dua faktor risiko, dan 4,8% dengan tiga faktor risiko kriteria sindroma metabolik WHO . Hasil penelitian Framingham Offspring Study menemukan prevalensi pada pria sebesar 29,4% dari 1144 pria dan 23,1% dari 1295 wanita berusia antara 26-82 tahun .

   World Health Organization memperkirakan sindroma metabolik banyak ditemukan pada kelompok etnis tertentu termasuk beberapa etnis di Asia-Pasifik, seperti India, Cina, Aborigin, Polinesia dan Milenesia. Penelitian WHO MONICA oleh Marques-Vidal dkk. di Perancis menemukan prevalensi lebih besar pada populasi pria (23%) dibandingkan populasi wanita (12%). Prevalensi terbanyak ditemukan pada kelompok usia antara 55-64 tahun yaitu pria 34% dan wanita 21%. Pada tabel 1 dapat dilihat beberapa prevalensi sindroma metabolik yang menggunakan kriteria WHO.





















       Suatu penelitian National Health and Nutrition Survey (NHANES) di Amerika Serikat dengan kriteria NCEP ATP III  menemukan prevalensi sindroma metabolik sebesar 22,0% atau sebanyak 47 juta orang dari populasi penduduk dewasa. Prevalensi meningkat dengan bertambahnya umur, pada kelompok usia 20-29 tahun 6,5% dan pada usia 60-69 tahun 43.5% (gambar 1).

   Menurut jenis kelamin, prevalensi yang lebih besar ditemukan pada wanita 24,0% sedangkan pada pria 23,4%. Menurut ras prevalensi terbesar ditemukan pada kelompok etnis Amerika-Meksiko yaitu 31,9%. Suatu penelitian di Makassar yang melibatkan 330 orang pria berusia antara 30-65 tahun dan menggunakan kriteria NCEP ATP III dengan ukuran batasan lingkar pinggang yang disesuaikan untuk orang Asia (mengikuti klasifikasi usulan WHO untuk orang Asia dewasa yaitu > 90 cm untuk pria dan > 80 untuk wanita) menemukan prevalensi sebesar 33,9%. Pada kelompok pria yang obes sentral ditemukan prevalensi menjadi lebih tinggi yaitu 62,0% . Pada tabel 2 diperlihatkan beberapa prevalensi hasil penelitian dengan menggunakan kriteria National Cholesterol Education Program Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High blood Cholesterol in Adults Treatment Panel III (NCEP ATP III).























KRITERIA DIAGNOSIS SINDROMA METABOLIK

   Saat ini ada dua kriteria diagnosis sindroma metabolik yang banyak digunakan, yaitu kriteria WHO 1999 dan kriteria NCEP ATP III 2001 . Kriteria WHO 1999 menekankan adanya toleransi glukosa terganggu atau diabetes melitus, dan atau resistensi insulin yang disertai sedikitnya dua faktor risiko lain yaitu hipertensi, dislipidemi, obesitas sentral dan mikroalbuminuri (tabel 3) . Kriteria diagnosis sindroma metabolik WHO lebih menekankan adanya toleransi glukosa dan resistensi insulin, oleh karena itu sulit diterapkan di praktek sehari-hari. Selain itu pemeriksaan mikroalbuminuri bukan merupakan pemeriksaan rutin di klinik .













 









    Pada tahun 2001 NCEP ATP III membuat suatu kriteria yang lebih mudah digunakan di klinik . Kriteria diagnosis NCEP ATP III menggunakan parameter yang lebih mudah untuk diperiksa dan diterapkan oleh para klinisi sehingga dapat dengan mudah mendeteksi sindroma metabolik (tabel 4). Menjadi masalah dalam penerapan kriteria diagnosis NCEP ATP III adalah perbedaan nilai “normal” lingkar pinggang antara berbagai jenis etnis. Untuk orang Asia dewasa batasan ukuran lingkar pinggang “normal” lebih kecil dibandingkan dengan orang Kaukasia atau Eropa, oleh karena itu pada tahun 2000 WHO mengusulkan lingkar pinggang untuk orang Asia > 90 cm untuk pria dan untuk wanita > 80 cm sebagai batas ukuran obesitas sentral. Sejak tahun 2003 di klinik kami untuk mendiagnosis sindroma metabolik telah menggunakan kriteria NCEP ATP III yang dimodifikasi dengan mengganti batasan lingkar pinggang obes sentral dengan kriteria baru yang sesuai untuk orang Asia. 



















     Pada tahun 2002 di Makassar suatu penelitian dengan subyek pengunjung klinik yang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin menemukan prevalensi sindroma metabolik sebesar 35,6%, dan lebih banyak pada wanita dibandingkan pria yaitu masing-masing 42,3% dan 29,8%. Prevalensi berkurang menjadi 17,5% apabila menggunakan kriteria asli NCEP ATP III .

Tabel 5. Kriteria sindroma metabolik NCEP ATP III 2001 dengan modifikasi (Makassar 2002)

Diagnosis sindroma metabolik ditegakkan bila didapatkan sama      dengan atau lebih dari 3 faktor risiko berikut:




 RINGKASAN

     Sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik baik lipid maupun non-lipid yang merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner, yang terdiri atas obesitas sentral, dislipidemi aterogenik (kadar trigliserid meningkat dan kadar kolesterol high-density lipoprotein (HDL) rendah), tekanan darah meningkat dan resistensi insulin (dengan atau tanpa intoleransi glukosa). Keadaan tersebut di atas berhubungan erat dengan suatu kelainan sistemik yang dikenal sebagai resistensi insulin. Sindroma metabolik menjadi penting oleh karena risiko PJK menjadi lebih besar dibandingkan dengan masing-masing faktor risiko klasik, misalnya hanya dislipidemi, atau hipertensi.

   Bukti epidemiologis memastikan adanya peningkatan prevalensi sindroma metabolik di seluruh dunia, dan berkaitan erat dengan meningkatnya obesitas. Prevalensi sindroma metabolik sangat bervariasi tergantung dari kriteria yang digunakan dan subyek yang diperiksa. Ada dua kriteria sindroma metabolik yang banyak digunakan, yaitu kriteria WHO dan NCEP ATP III. Di antara kedua kriteria ini, kriteria NCEP ATP III lebih mudah untuk diterapkan di klinik oleh karena parameter yang digunakan mudah diperiksa oleh dokter praktek. Untuk orang Asia dewasa perlu disesuaikan batasan ukuran lingkar pinggang, yaitu > 90 cm untuk pria dan > 80 cm untuk wanita.

DAFAR PUSTAKA
 
1.  Executive summary of the third report of the National
    Cholesterol Education Program (NCEP) Expert Panel on
    Detection, Evaluation, and Treatment of High blood
    Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III).
    JAMA  2001;285:2486-2497
2.  World Health Organization. Definition, diagnosis and 
    classification of diabetes mellitus and its 
    complication. Part 1: Diagnosis and classification of
    diabetes mellitus. World Health Organization, Geneva 1999
3.  American Diabetes Association. Consensus development
    conference on insulin resistance. Diabetes Care 1999;
    21:310-314
4.  Groop LC, Orho-Melander M. The dysmetabolic syndrome. 
    J Intern Med 2001;250:105-120
5.  Reaven G. Role of insulin resistance in human disease.
    Diabetes 1988;37:1595-1567
6.  Kaplan NM. The deadly quartet: upper-body obesity, glucose
    intolerance, hypertriglyceridemia, and hypertension. Arch Int
    Med 1989; 149:1514-1520
7.  DeFronzo RA. Insulin resistance: the metabolic link between
    non-insulin-dependent diabetes mellitus, obesity,
    hypertension, dyslipidemia, and atherosclerotic diasease.
    Curr Opin Cardiol 1990; 5:586-593
8.  Cameron AJ, Shaw JE, Zimmet PZ. The Metabolic Syndrome:
    Prevalence in worldwide populations. Endocrinol Metab
    Cin N Am 2004; 33: 351-375
9.  Ford ES. Prevalence of the metabolic syndrome in US 
    populations. Endocrinol Metab Clin N Am 2004; 33: 333-350
10. Marques-Vidal P, Mazoyer E, Bongard V, Gourdy P, Ruidavets
    JB, Drouet L, Ferrières J. Prevalence of insulin 
    resistance syndrome in Southwestern France and its 
    relationship with inflammatory and hemostatic
    markers. Diabetes Care 2002;25:1371-1377
11. Ford ES, Giles WH, Dietz WH. Prevalence of the Metabolic 
    Syndrome among US adults. Findings from the Third 
    National Health and Nutrition Examination Survey. JAMA 2002;
    287: 356-359
12. Herman A, Adam JMF. Sanusi H. Sambo AP. Waist circumference
    as a screening approach of metabolic syndrome in  men. The
    12th Congress of the ASEAN Federation of Endocrine Societies,
    Singapore 2003
13. The Asia-Pacific perspective: Redefining obesity and its 
    treatment. World Health Organization Collaborating
    Centre for the Epidemiology of Diabetes Mellitus and Health 
    Promotion for Noncommunicable Disease. Melbourne  2000
14. Sambo AP, Adriansjah H, Adam JMF, Aman M. Prevalence of
    metabolic syndrome, differnce between two criteria.  
    Journal of the ASEAN Federation of Endocrine Societies 
    2003;21(Suppl) p 106.



 

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © Dokter Network Angk 97