Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat terdiagnosa karena perhatian penolong sering tersita oleh jejas-jejas yang ada di tubuh dan anggota gerak saja, kelambatan ini dapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti perdarahan hebat dan peritonitis oleh karena itu pada setiap kecelakaan trauma saluran kemih harus dicurigai sampai dibuktikan tidak ada.
Trauma saluran kemih sering tidak hanya mengenai satu organ saja, sehingga sebaiknya seluruh sistem saluran kemih selalu ditangani sebagai satu kesatuan. Juga harus dingat bahwa keadaan umum dan tanda-tanda vital harus selalu diperbaiki/dipertahankan sebelum melangkah ke pengobatan yang lebih spesifik.
Trauma ginjal
Dapat disebabkan oleh trauma langsung baik tajam atau tumpul di daerah perut bagian depan samping maupun daerah lumbal, dapat pula diakibatkan trauma tidak langsung seperti jatuh terduduk atau jatuh berdiri.
Dapat disebabkan oleh trauma langsung baik tajam atau tumpul di daerah perut bagian depan samping maupun daerah lumbal, dapat pula diakibatkan trauma tidak langsung seperti jatuh terduduk atau jatuh berdiri.
Gejala dan tanda
a)Jejas luka daerah ginjal, kadang-kadang disertai terbentuknya tumor daerah pinggang.
b) Hematuri keadaan ini biasanya tidak terjadi segera karena mula-mula terbentuk bekuan darah yang menyumbat kaliks atau ureter, hematuri baru timbul 24-48 jam kemudian setelah sumbatan tersebut hilang. bekuan darah tersebut dapat menyebabkan clot colic. Derajat hematuri tidak sejajar dengan beratnya trauma bahkan pada avulsi ginjal tak ditemukan hematuri.
c) Rangsang peritoneum, timbul akibat darah dalam rongga perut, mungkin disertai dengan ileus paralitik
d)Laboratorik, nilai Hb dan Ht dapat menurun. Pengamatan nilai Ht secara berkala dapat digunakan untuk memperkirakan beratnya perdarahan. Pada urin terdapat hematuri makroskopik dan mikroskopik
e)Pemeriksaan radiologi, khususnya pada foto polos perut dapat dijumpai keadaan skoliosis ringan dengan bagian cekung menghadap ginjal yang terkena trauma, gambar psoas line kabur, contour ginjal hilang dan dapat disertai dengan kelainan pada tulang-tulang iga dan tulang belakang. Pielogram intravena perlu dilakukan secepatnya tanpa menunggu hematuri berhenti. Bertujuan untuk menilai kedua fungsi ginjal baik yang terkena trauma atau yang sehat, ini penting bila nantinya dipikirkan tindakan nefrektomi. Gambaran yang tak jelas dapat pula disebabkan oleh gangguan ekskresi akibat syok.
b) Hematuri keadaan ini biasanya tidak terjadi segera karena mula-mula terbentuk bekuan darah yang menyumbat kaliks atau ureter, hematuri baru timbul 24-48 jam kemudian setelah sumbatan tersebut hilang. bekuan darah tersebut dapat menyebabkan clot colic. Derajat hematuri tidak sejajar dengan beratnya trauma bahkan pada avulsi ginjal tak ditemukan hematuri.
c) Rangsang peritoneum, timbul akibat darah dalam rongga perut, mungkin disertai dengan ileus paralitik
d)Laboratorik, nilai Hb dan Ht dapat menurun. Pengamatan nilai Ht secara berkala dapat digunakan untuk memperkirakan beratnya perdarahan. Pada urin terdapat hematuri makroskopik dan mikroskopik
e)Pemeriksaan radiologi, khususnya pada foto polos perut dapat dijumpai keadaan skoliosis ringan dengan bagian cekung menghadap ginjal yang terkena trauma, gambar psoas line kabur, contour ginjal hilang dan dapat disertai dengan kelainan pada tulang-tulang iga dan tulang belakang. Pielogram intravena perlu dilakukan secepatnya tanpa menunggu hematuri berhenti. Bertujuan untuk menilai kedua fungsi ginjal baik yang terkena trauma atau yang sehat, ini penting bila nantinya dipikirkan tindakan nefrektomi. Gambaran yang tak jelas dapat pula disebabkan oleh gangguan ekskresi akibat syok.
Penatalaksanaan
1)Istirahat baring, sekurang-kurangnya sampai seminggu setelah hematuri berhenti, mobilisasi dilakukan bertahap, bila kemudian hematuri timbul lagi, penderita diistirahatkan lagi.
2)Periksa tanda vital dengan ketat. amati pembesaran tumor pada daerah pinggang dan evaluasi nilai hematokrit untuk menduga perdarahan. Hematom dipinggang dapat mencapai 1-2 liter.
3) Awasi hematuri dengan menampung urin.
4) Antibiotika spektrum luas, karena bekuan darah sekitar ginjal dapat merupakan tempat berkembangnya bakteri.
5)Bila telah diyakini dapat ditangani secara konservatif, penderita dapat diberi minum banyak untuk menigkatkan diuresis sehingga bekuan darah dalam ginjal dapat keluar.
6)Bila perdarahan terus berlangsung dan keadaan umum memburuk, pikirkan tindakan bedah. Tergantung pada kelainan yang dijumpai dapat dilakukan penjahitan, nefrektomi parsial atau total.
2)Periksa tanda vital dengan ketat. amati pembesaran tumor pada daerah pinggang dan evaluasi nilai hematokrit untuk menduga perdarahan. Hematom dipinggang dapat mencapai 1-2 liter.
3) Awasi hematuri dengan menampung urin.
4) Antibiotika spektrum luas, karena bekuan darah sekitar ginjal dapat merupakan tempat berkembangnya bakteri.
5)Bila telah diyakini dapat ditangani secara konservatif, penderita dapat diberi minum banyak untuk menigkatkan diuresis sehingga bekuan darah dalam ginjal dapat keluar.
6)Bila perdarahan terus berlangsung dan keadaan umum memburuk, pikirkan tindakan bedah. Tergantung pada kelainan yang dijumpai dapat dilakukan penjahitan, nefrektomi parsial atau total.
Trauma ureter
Keadaan ini jarang terjadi, tapi biasanya akibat kesalahan sewaktu pembedahan. Gejala yang timbul tidak khas, setelah beberapa saat mungkin timbul gejala rangsang peritoneum akibat ekstravasasi urin. Untuk memastikannya dapat dilakukan pielografi intravena atau pyelografi retrograd. Pengobatan satu-satunya adalah pembedahan mungkin dilakukan reanastomosis, anastomosis ureteroureter atau dibuat ureterostomi.
Kontusio buli-buli
Penderita mengeluh nyeri, terutama bila ditekan daerah suprapubik dan dapat ada hematuri tanpa ada tanda rangsang peritoneum. Sulit dibedakan dengan laserasi buli-buli atau ruptura uretra intra pelvis.
Penatalaksanaan
1) Istirahat baring sampai hematuri makroskopik hilang.
2) Minum banyak untuk menigkatkan diuresis. Bila psnderita dapat miksi dengan lancar berarti tidak ada ruptura buli-buli ataupun uretra.
3) Bila hematuri berat dan menetap sampai 5-6 hari pasca trauma, buat sistogram untuk mencari penyebab lainnya.
4) Obat-obatan, dapat diberikan obat antibiotika untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder misalnya Ampisilin dosis 4 x 250-500 mg/hari
2) Minum banyak untuk menigkatkan diuresis. Bila psnderita dapat miksi dengan lancar berarti tidak ada ruptura buli-buli ataupun uretra.
3) Bila hematuri berat dan menetap sampai 5-6 hari pasca trauma, buat sistogram untuk mencari penyebab lainnya.
4) Obat-obatan, dapat diberikan obat antibiotika untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder misalnya Ampisilin dosis 4 x 250-500 mg/hari
keterangan artikel : Konsep penulisan bersumber dari buku KEDARURATAN MEDIK
oleh Agus Purwadianto dan Budi Sampurna
0 komentar:
Posting Komentar