Defenisi
Encephalitis adalah suatu infeksi akut pada jaringan otak yang disebabkan oleh berbagai macam kausa terutama virus yang ditandai dengan gejala-gejala gangguan fungsi otak seperti kesadaran yang menurun, suhu yang mendadak naik, kejang-kejang, tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial dan tanda serebral lainnya.
Etiologi
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan encephalitis, umpamanya bakteri, ricketsia, mikoplasma, spirochaeta, jamur, protozoa, metazoa, jamur dan virus. Akan tetapi penyebab yang paling sering adalah virus. Yang akan dibicarakan selanjutnya yaitu viral encephalitis. Berikut beberapa virus dari kelas ARBO virus dan Enterovirus yang infeksinya berpotensi menimbulkan radang akut pada jaringan otak yaitu :
1. Japanese B encephalitis
2. Western equine encephalitis
3. Sint louis encephalitis
4. Poliomyelitis
5. Cixacki virus
6. ECHO virus
Patogenesis
Perubahan-perubahan yang terjadi pada susunan saraf pusat mungkin akibat invasi virus secara langsung dalam susunan saraf pusat/otak, atau akibat suatu proses post infeksi berupa proses imunologik atau alergik. Walaupun patogenesis berbeda tetapi perubahan patologik dalam garis besarnya hamper sama.
Manifestasi klinik
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis enchepalitis kurang lebih sama dan khas hingga dapat digunakan sebagai penegak diagnosa.
a. Suhu naik dengan mendadak dan seringkali ditemukan
hiperpireksia.
hiperpireksia.
b. Kesadaran dapat cepat menurun sampai spoor atau koma. Kejang-
kejang yang bersifat umum atau fokal atau kadang-kadang hanya
twitching saja. Kejang-kejang ini dapat berlangsung
berjam-jam.
kejang yang bersifat umum atau fokal atau kadang-kadang hanya
twitching saja. Kejang-kejang ini dapat berlangsung
berjam-jam.
c. Gejala-gejala serebrum yang beraneka ragam dapat timbul
seperti paresis, aphasia dan sebagainya.
seperti paresis, aphasia dan sebagainya.
d. Tanda-tanda rangsang menings bisa ditemukan.
Pemeriksaan laboratorium
Pemerksaan likuor menunjukkan pleiositosis 40 - 400 sel/mm3 terutama sel-sel mononeklear, aspek jernih, kadar protein dan glukosa normal atau sedikit meninggi. Pemeriksaan serologik terhadap neutralization, complement fixation dan haemagglutination antibodies akan memperlihatkan kenaikan titer . Kenaikan titer yang lebih dari 4 kali mempunyai nilai diagnostik.
Diagnosis
Secara klinis, enchepalitis dapat didiagnosis dengan menemukan gejala-gejala klinik seperti yang telah disebutkan diatas. Diagnosis etiologic dapat ditegakkan dengan :
1) Isolasi virus dari darah, likuor, jaringan otak
( post mortem) , tinja dan pulasan tenggorok.
( post mortem) , tinja dan pulasan tenggorok.
2) Pemeriksaan serologik yang meliputi Coplement fixation test,
neutralization test dan haemagglutination inhibition test.
neutralization test dan haemagglutination inhibition test.
Diagnosa banding
Banyak penyakit SSP lainnya yang memberikan gejala-gejala klinik yang hampir sama dengan encephalitis, yaitu :
1. Encephalopathia, keadaan ini memberikan gejala klinik yang
hampir serupa dengan encephalitis, kecuali karena kausanya
yang berbeda. Pada encephalopathia penyebabnya bukan suatu
infeksi tetapi faktor non infeksi, misalnya faktor toksik,
metabolisme atau pada pembuluh darah. Pada likuor tidak
dijumpai adanya pleiositosis seperti halnya pada
encephalitis. Sering pula pada encephalopathia tidak ada
demam dan tidak ada gejala iritasi menings.
hampir serupa dengan encephalitis, kecuali karena kausanya
yang berbeda. Pada encephalopathia penyebabnya bukan suatu
infeksi tetapi faktor non infeksi, misalnya faktor toksik,
metabolisme atau pada pembuluh darah. Pada likuor tidak
dijumpai adanya pleiositosis seperti halnya pada
encephalitis. Sering pula pada encephalopathia tidak ada
demam dan tidak ada gejala iritasi menings.
2. Meningitis pyogenik/bakterial, penyakit ini bisa memberikan
gambaran klinik seperti encephalitis. Likuor yang keruh jumlah
sel, terutama sel PMN yang sangat banyak, kadar protein yang
meninggi, kadar glukosa yang menurun serta hasil biakan dapat
membedakannya dari encephalitis.
gambaran klinik seperti encephalitis. Likuor yang keruh jumlah
sel, terutama sel PMN yang sangat banyak, kadar protein yang
meninggi, kadar glukosa yang menurun serta hasil biakan dapat
membedakannya dari encephalitis.
3. Meningitis TBC, ditemukan pada keadaan ini gambar likuor yang
khas. Pemeriksaan tuberkulin serta foto roentgen paru-paru
dapat menyingkirkan encephalitis.
khas. Pemeriksaan tuberkulin serta foto roentgen paru-paru
dapat menyingkirkan encephalitis.
4. Tumor dan abses otak, kadang-kadang sukar sekali membedakannya
dari encephalitis, oleh karena itu diperlukan pemeriksaan
roentgen kepala, EEG, Pneumoencephalography dan scanning untuk
membantu memecahkan problem ini.
dari encephalitis, oleh karena itu diperlukan pemeriksaan
roentgen kepala, EEG, Pneumoencephalography dan scanning untuk
membantu memecahkan problem ini.
5. Sindrom reye, sindroma ini terdiri dari encephalopathia dengan
disertai dengan degenerasi lemak dari viscera terutama hepar.
Onset gangguan kesadaran yang tiba-tiba dengan disfungsi hepar
dan hipoglikemia harus diduga kemungkinan suatu sindrom reye,
apalagi bila sebelumnya ada infeksi saluran napas bagian atas.
disertai dengan degenerasi lemak dari viscera terutama hepar.
Onset gangguan kesadaran yang tiba-tiba dengan disfungsi hepar
dan hipoglikemia harus diduga kemungkinan suatu sindrom reye,
apalagi bila sebelumnya ada infeksi saluran napas bagian atas.
Pengobatan
Tujuan pengobatan ialah mempertahankan hidup dan mencegah kerusakan organ tubuh dan sistem tubuh yang lebih berat. Sifat pengobatan pada encephalitis ialah non spesifik. Persiapan diadakan untuk menghadapi dan menanggulangi :
1. Kejang-kejang.
2. Hyperpireksia.
3. Edema otak
4. Gangguan respirasi
5. Gangguan cairan dan elektrolit.
6. Aspirasi yang berakibat asfiksia.
7. Cardiac arrest dan apnea sentral.
8. Sindrom DIC.
Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan :
a) IVFD langsung dipasang, cairan yang diberikan glukosa 10 %,
NaCl 0,9 %. Pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan
tubuh.
NaCl 0,9 %. Pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan
tubuh.
b) Obat-obat antikonvulsan dipersiapkan dan diberikan jika
terjadi kejang, obat yang diberikan bisa luminal yang
diberikan secara IM atau valium.
terjadi kejang, obat yang diberikan bisa luminal yang
diberikan secara IM atau valium.
c) Jika sekiranya terdapat kondisi hiperpireksia, lakukan
surface cooling dan pemberian obat antipiretika.
surface cooling dan pemberian obat antipiretika.
d) Untuk mengatasi edema pada sel-sel otak, penderita diberikan
deksametason atau manitol atau dapat juga gliserol.
deksametason atau manitol atau dapat juga gliserol.
e) Antibiotika dosis tinggi harus diberikan untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder.f)Dapat dicoba penggunaan obat
anti viral misalnya interferon, idoxouridine dll.
terjadinya infeksi sekunder.f)Dapat dicoba penggunaan obat
anti viral misalnya interferon, idoxouridine dll.
Prognosis
Angka kematian encephalitis masih tinggi, berkisar antara 30 – 50 %. Dari yang hidup 20-40 % diantaranya mempunyai sequele yakni parese atau paralysis, gerakan choreatis dan athetosis, gangguan visual, retardasi mental, behavioral problems, epilepsi serta gangguan neurologik lainnya.
Keterangan artikel :
Sumber artikel di atas diambil dari buku kuliah umum untuk mahasiswa fakultas kedokteran UNHAS dan UMI Makassar, Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar