Pendahuluan
Emboli gas dapat melibatkan baik system vena maupun arteri. Pada banyak contoh, gas ini terdiri dari udara, sementara beberapa situasi diagnostic gas ini dapat berupa CO2, NO2, atau N2. Pada system vena, kematian akibat emboli udara bergantung dari bolus dan kecepatan penyebarannya. Pada emboli arteri, faktor-faktor ini tidak penting karena walau hanya dalam jumlah sedikit gelembung udara menyumbat arteri koroner atau pembuluh-pembuluh cerebral sudah dapat menyebabkan kematian. Pada emboli vena, dibutuhkan antara 75 sampai 250 cm3 udara dengan cepat dapat menyebabkan kematian .
Emboli udara vena dapat terjadi pada prosedur terapeutik untuk diagnostik sekunder akibat trauma, selama proses kelahiran atau aborsi, dan oral genital sex pada wanita hamil ketika pasangannya meniupkan udara ke dalam vaginanya. Emboli udara arterial terjadi sekunder akibat bypass kardiopulmoner, kateter arteri, prosedur bedah yang melibatkan arteri, atau cedera pada vena-vena pulmoner setelah trauma pada dada. Dapat pula terjadi embolisme udara paradoxical yaitu ketika udara melewati sirkulasi vena ke arteri.
Udara yang memasuki sistem vena terbawa ke arteri-arteri jantung dan pulmoner, dengan akibat penyumbatan mekanis pada arteri pulmoner akibat gelembung-gelembung udara. Keadaan ini diikuti dengan vasokonstriksi transient. Obstruksi aliran darah pulmoner dapat mengakibatkan ”churning” dari darah dan udara, memberikan tampilan ”frothy” dari darah pada pemeriksaan otopsi, ”churning” ini dapat menyebabkan terbentuknya komplex gelembung udara, fibrin, agregat platetet, eritrosit, dan globul-globul lemak, yang dapat mengobstruksi pembuluh darah lebih lanjut lagi. Kematian diakibatkan oleh obstruksi dari aliran darah oleh pulmoner sekunder dari obstruksi sistem arteri oleh gelembung-gelembung udara, vasokonstriksi pulmoner, dan agregasi seluler.Bolus udara yang sangat besar tidak hanya menyebabkan obstruksi pada pembuluh-pembuluh pulmoner tapi juga pada ventrikel kanan.
Emboli udara paradoxical terjadi ketika udara atau gas yang telah memasuki sistem vena, berpindah ke sistem arteri. Umumnya keadaan ini dihubungkan dengan septal defek pada jantung. Hal ini menyebabkan udara berpindah dari sisi jantung kanan ke kiri tanpa melalui pembuluh pulmoner. Jika emboli udara yang terbesar terbawa ke jantung, dapat terjadi peningkatan tekanan jantung sebelah kanan yang pada akhirnya mengakibatkan right to left shunt melalui foramen ovale yang tetap terbuka. Peningkatan tekanan jantung kanan juga dapatmenyebabkan udara terdorong ke vena-vena epikardial pada permukaan jantung. Emboli udara paradoxical juga dapat terjadi setelah anastomose arterivenous pada paru-paru. Sebagai tambahan, dengan tekanan yang cukup tinggi dan udara dalam jumlah yang besar, kemempuan paru dalam memfiltrasi keluar udara akan terhambat sehingga gelembung-gelembung udara dapat melalui sirkulasi pulmoner dan memasuki atrium kiri. Ini telah didemonstrasikan oleh Butler dan Hills pada percobaan dengan anjing-anjing. Udara yang memasuki sirkulasi arterial, dapat menyebabkan kematian dengan menghambat arteri-arteri cerebral atau koroner. Walaupun dengan jumlah udara yang sangat sedikit.
Ahli forensik akan seringkali menemukan emboli udara pada luka tusuk pada leher, dan setelah prosedur bedah. Udara memasuki vena yang terbuka kapanpun terdapat gradien tekanan negatif antara vena dan atrium kanan. Hal ini difasilitasi tekanan negatif intratorakal yang timbul selama inspirasi. Semakin tinggi letak vena yang terbuka di atas atrium kanan, semakin besar gradien tekanan dan semakin tinggi kemungkinan udara memasuki pembuluh darah. Hal inilah yang menyebabkan luka pada leher dapat terjadi emboli udara. Oleh karena itulah, individu yang mengalami luka tusukan atau sabetan pada lehernya dengan cedera pada vena, harus juga diperiksa kemungkinan embolisme pada saat diotopsi.
Insiden dari emboli udara pada vena setelah prosedur pembedahan atau diagnostik masih belum diketahui. Kecuali kraniotomi pada posisi duduk, emboli terjadi pada 21-29% untuk semua kraniotomi dan 40% untuk semua kraniotomi occipital. Emboli udara juga telah dilaporkan pada prosedur-prosedur diagnostik dan terapeutik lainnya. Tiap prosedur pembedahan yang menyebabkan gradien tekanan negatif antara jantung kanan dan vena merupakan resiko potensial untuk terjadinya emboli udara. Beberapa pasien diposisikan duduk, pronasi, supine, posisi litotomi dan knee-chest lateral ketika terjadi emboli udara.
Emboli udara lebih sering terjadi ketika darah dan cairan-cairan lainnya diberikan melalui botol kaca dibandingkan jika menggunakan kantung plastik khusus yang dapat kolaps. Walaupun demikian, penggunaan kantung plastik juga dapat menyebabkan emboli walaupun jarang terjadi. Emboli udara juga dapat terjadi mengikuti seksio sesaria, plasenta previa, dan subclavia puncture vena. Penggunaan jarum yang terlalu besar pada vena dapat menyebabkan udara mengalir dengan cepat ke dalam pembuluh dalam jumlah yang fatal. Secara teoritis, 100 cm3 udara tiap detik dapat masuk melalui jarum 14 dengan tekanan air 5 cm. Untungnya untuk orang-orang dengan jalur subclavia, keadaan ini lebih teoritis daripada sebenarnya.
Pembunuhan dengan menginjeksikan udara menggunakan syringe karena harus dalam jumlah yang besar (100-250 cm3), dan harus melalui intravena dan subjeknya tidak boleh banyak bergerak. Individu-individu dengan jalur infus intravena seperti pasien-pasien di rumah sakit, tentu saja akan lebih mudah dibunuh dengan cara ini.
Ketika aborsi ilegal untuk beberapa tempat, kadang kala ditemukan kematian akibat emboli udara dengan cara ini. Keadaan ini timbul mengikuti dilatasi dari tulang servikal, dengan akibat robekan pada batas plasenta atau vena-vena servikal. Pada beberapa kasus, terdapat keterlambatan pada emboli udara ini.
Kematian karena emboli udara yang dihubungkan dengan kematian juga dapat terjadi setelah seksio sesar dan plasenta previa. Seperti pada aborsi, mungkin dapat terjadi keterlambatan sejak onset terjadinya emboli hingga kematian. Pada kematian terhadap wanitawanita hamil selama hubungan seksual, harus dicurigai emboli udara. Hal ini terjadi saat interaksi oral genital, ketika pasangan meniupkan udara ke dalam vagina selama cunnilingus.
Bunuh diri dengan emboli udara sangat jarang. Penulis twelah melihatkan pada individuindividu yang menggorok lehernya merusak vena jugular, dan juga pada pasien-pasien yang terpasang pada mesin dialisis yang terputus hubungan pipanya, yang menyebabkan emboli udara massive.
Gambaran umum kematian akibat emboli udara dijabarkan pada kasus berikut : kasus I melibatkan wanita 22 tahun hamil 34 minggu yang berhubungan badan dengan suaminya, sang suami meniupkan udara pada vaginanya dan tiba-tiba di pingsan. Wanita itu meninggal setelah tiba di UGD. Pada otopsi, ditemukan udara pada atrium dan ventrikel kanan. Vena-vena epikardial tampak beaded appearance akibat gelembung-gelembung udara. Gelembung-gelembung udara juga terdapat pada vene-vena pelvis. Darah pada jantung tampak frotty appearance.
Kasus II melibatkan wanita 40 tahun obesitas yang sedang pada posisi semi knee-chest atau laminektori lombar. 5 jam setelah prosedur ini dia mengalami bradikardi dan ritme agonal.Pada otopsi memperlihatkan udara pada ventrikel kanan, dengan beading pada vena-vena epicardial akibat gelembung-gelembung udara.
Kasus III wanita 39 tahun yang menjalani proses melahirkan prematur. Dia mengalami perdarahan vagina. Setelah dibawa ke rumah sakit, dia didiagnosis plasenta previa sentral dan presentasi breech. Anaknya dilahirkan melalui seksio sesar pada jam 20:51. Operasi berakhir pada jam 21:30. Dia kemudian dibawa ke recovery room. Tengah malam dia dikembalikan ke kamarnya. Ketika dibaringkan di tempat tidur, dia mengalami seizure grandmal dan kemudian mengalami serangan jantung. Usaha resusitasi tidak berhasil. Pada otopsi, terdapat udara pada atria dan ventrikel kanan dan gambaran beading pada vena-vena epicardial oleh gelembung-gelembung udara dalam jumlah yang sangat banyak.
Pada pasien yang hidup, diagnosis emboli udara vena di jantung bisa ditegakkan dengan auskultasi dari bunyi Mill Whell Murmur (bising roda gilingan) atau dengan deteksi udara di intrakardial menggunakan dopppler USG atau transesophangeal echo cardiography. Pada orang yang sudah meninggal, untuk membuat diagnosa emboli udara, satu yang harus dipertimbangkan, diagnosa utama adalah otopsi,. Langkah pertama adalah foto thorax untuk melihat udara di jantung. Bentuk insisi A-Y bisa dibuat pada kulit atau otot dari dada dan retraksi kulit dan otot. Dibandingkan pemindahan lempengan dada pada cara yang biasa, jalan masuk harus dipotong di sternum dan tulang rusuk melewati jantung. Lempengan tulang harus diretraksikan dengan hatihati,jadi tidak memasukkan udara ke dalam vena. Kantung perikardial bisa dipotong terbuka dan jantung terlihat. Vena-vena epikardial harus diperiksa untuk keberadaan udara. Satu atau dua gelembung vena di epikard tidak membuat diagnosis emboli udara................
artikel ini cukup baik, dan dapat digunakan sebagai tambahan refrensi, sangat disayangkan sekali lagi-lagi pemilik ebook tidak mencantumkan namanya.Untuk kepentingan pendidikan saya publikasikan tulisannya.
Anda dapat membaca artikel tersebut secara lengkap dengan mendownload ebooknya pada link yang terdapat dibawah ini.
ini Link downloadnya : Ebook Emboli udara
0 komentar:
Posting Komentar