Diabetes melitus adalah suatu penyakit metabolik menahun yang dapat menyebabkan menurunnya kesegaran jasmani dengan segala akibatnya. Prevalensinya cenderung meningkat di dunia termasuk Indonesia, baik dikalangan masyarakat yang mampu maupun yang tidak mampu. Berbagai komplikasi kronik dapat terjadi pada penderita diabetes khususnya vaskuler kronik mikro maupun makro angiopati. Komplikasi vaskuler kronik ini semakin meningkat karena meningkatnya harapan hidup penderita, disamping kemajuan dalam segi diagnosis dan penemuan secara dini komplikasi vaskuler kronik. Komplikasi kronik pada penderita DM berhubungan erat dengan lamanya diabetes yaitu makin lama penderita mengidap diabetes semakin besar kemungkinannya mendapatkan komplikasi kronik. Salah satu komplikasi yang sering ditemukan adalah kaki daibetik, mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Komplikasi ini terjadi oleh karena kaki penderita diabetes terutama yang telah lama mengidap diabetes umumnya lebih rentan terhadap trauma dan infeksi. Infeksi yang berulang-ulang ikut mempercepat timbulnya komplikasi vaskuler.Pada kaki penderita diabetes cenderung lebih mudah mendapat komplikasi vaskuler dan neuropati, selanjutnya mudah mendapat lesi dan infeksi. Lesi kecil dapat berkembang menjadi septikemia dan bilamana hal ini dapat terjadi maka kemungkinan salah satu pilihannya adalah amputasi. infeksi pada kaki penderita diabetes merupakan suatu problem yang serius sehingga memerlukan perawatan yang intensif. untuk dapat merawat kaki diabetik secara efektif maka perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kondisi kaki diabetik sehingga terapi yang diberikan bersifat rasional.
Selain itu Penanganan infeksi dengan antibiotik merupakan langkah yang paling utama untuk menyelamatkan kaki penderita atau malah menyelamatkan jiwa penderita jika terjadi sepsis. Kaki diabetik merupakan komplikasi yang paling mengesalkan baik bagi penderita maupun bagi dokter yang merawatnya. Bagi penderita selalu dihubungkan dengan biaya yang tinggi, perawatan yang lama dan kemungkinan harus amputasi. sedangkan dokter menyadari betapa banyak upaya dan yang diperlukan dalam pengobatannya karena perawatan yang lama, bermacam-macam komplikasi yang mungkin timbul bersamaan dan hasil pengobatan yang sering kurang memuaskan.
Patogenesis.
Berbagai kerusakan jaringan pada penderita DM sering terjadi pada tungkai bawah, mulai dari yang sensibilitas, nekrosis jaringan sampai timbulnya ulkus yang makin meluas disertai dengan infeksi yang berat. Penyebab kaki diabetik adalah multifaktor dimana ada 3 faktor utama yang berperan yaitu faktor vaskuler (iskemik), neuropati dan infeksi. Ketiga faktor ini sering mempengaruhi satu sama lain. iskemik dan neuropati merupakan faktor utama yang memegang peranan pentiing pada permulaan terjadinya ulkus pada kaki penderita diabetik. Infeksi jarang sebagai faktor tunggal tetapi sering memperberat setiap keadaan iskemik dan neuropati. Ruda paksa yang kecil menyebabkan ulserasi dan akan diikuti oleh infeksi. Infeksi yang tidak diobati akan menimbulkan trombosis pembuluh darah kecil hal ini tentu akan memperjelek lagi sirkulasi di daerah tersumbat.
Faktor vaskuler
Gangguan vaskuler (angiopati) pada penderita diabetes terdiri dari makro angiopati dan mikro angiopati diabetik. Makro angiopati diabetik bila terjadi pada pembuluh darah besar seperti arteri pada kaki sedangkan mikro angiopati diabetik bila terjadi pada pembuluh darah kecil seperti arterial dan kapiler akibat peningkatan kadar glukosa darah dan adanya faktor resiko yang lain maka gangguan pada arteri perifer adalah empat kali lebih sering pada penderita diabetes dibandingkan dengan non diabetes. secara umum makro angiopati pada penderita diabetes berupa arteriosklerosis terjadi pada usia lebih muda dan pembuluh darah yang terkena lebih luas dibandingkan non diabetes.
Penyebab pasti adanya gangguan vaskuler pada penderita diabetes belum jelas diketahui dan gangguan vaskuler ini merupakan proses yang mempunyai penyebab multifaktorial. Pada umumnya dikenal ada dua faktor yang berperanan penting dalam terjadinya angiopati diabetik yaitu faktor genetik dan non metabolik. Disamping itu ada beberapa faktor lain yang berpengaruh untuk timbulnya angiopati diabetik antara lain, umur, lamanya diabetes, hipertensi, infeksi, nikotin dan beberapa macam obat-obatan yang bersifat vasokonstriktor.
Faktor neuropati
Neuropati perifer memegang peranan penting dalam timbulnya komplkasi kaki pada penderita DM. Penyebab neuropati diabetik diduga multifaktorial. Diantara banyak teori mengenai terjadinya neuropati diabetik, maka yang banyak mendapat sorotan adalah karena terjadinya gangguan metabolik dan gangguan vaskuler pada jaringan saraf perifer. Poineuropati diabetik mempunyai dasar metabolik yang merupakan kombinasi antara defisiensi insulin, hiperglikemia dan kelainan metabolik pada serabut saraf. Sedangkan gangguan vaskuler berupa mikroangiopati dapat menyerang sirkulasi saraf (vasonervorum) dan menyebabkan terjadinya mononeuropati. Neuropati diabetik dapat berupa gangguan sensorik, motorik dan otonom.
Faktor Infeksi
Ada yang menganggap bahwa adanya hiperglikemia pada penderita diabetes menyebabkan terjadinya penurunan oksigenase jaringan sehingga respon imun berkurang dan hal ini akan memudahkan bakteri untuk berkembang biak. Ruda paksa adalah faktor pencetus yang paling sering mendahului terjadinya kaki diabetik, baik berupa ruda paksa mekanik ( misalnya kaki terantuk batu atau kejatuhan benda keras).atau trauma oleh zat kimia misalnya terkena asam sulfat dari aki. Lebih-lebih bila disertai neuropati sensorik. Infeksi pada kaki penderita diabetes terutama bila disertai gangguan vaskuler dan neuropati sensorik akan menyebabkan selulitis dan nekrosis jaringan. Nekrosis terjadi karena pengaruh toksin bakteri dan trombosis pada pembuluh darah kecil. Penyebaran infeksi yang lebih dalam pada akhirnya akan mengenai tulang sehingga terjadi keadaan osteomielitis.
Gambaran klinis
Pada kaki dibetik dapat timbul gambaran klinis yang disebabkan oleh angiopati, neuropati dan infeksi.
I Gejala klinis yang disebabkan oleh angiopati dapat berupa :a. Claudikasio intermitten yaitu nyeri pada otot kaki sewaktu bergiat atau berjalan dan menghilang dalamwaktu 1-2 menit setelah kegiatan dihentikan. Bila penyumbatan bertambah berat maka terjadi nyeri sewaktu istirahat.b) Kaki menjadi kemerahan bila dalam posisi tergantung dan oleh karena darah berkumpul dikaki, terdapat juga keadaan dimana kaki tidak berambut lagi serta dingin pada saat perabaan.c) Kaki menjadi udem oleh karena terjadi hyperfusi akibat dari meningkatnya permeabilitas kapiler.d) Pulsasi arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posteriordapat menurun atau hilang.e) Ulkus biasanya dikelilingi oleh daerah kemerahan, ditengahnya ada daerah nekrosis dan disertai rasa nyeri yang berfariasi. Lokasi ulkus kebanyakan di ibu jari kaki permukaan medial daerah metatarsal I, permukaan lateral metatarsal V dan tumit terdapat tanda-tanda infeksi berupa abses, selulitis, osteomielitis dan lebih jauh lagi menjadi gangren.
II Gejala yang disebabkan oleh neuropati dapat berupa :
a) Gangguan sensoris antara lain penurunan atau hilangnya rasa getar, suhu, sakit dan penurunan refleks tendon baik pada pergelangan kaki maupun lutut.
b) Gangguan motorik berupa kelemahan atau atropi otot intrinsik kaki sehingga memberi deformitas pada kaki misalnya jari-jari kaki seperti cakar.
c)Gangguan otonom menyebabkan kulit kaki kering, pecah dan teraba hangat.
d) Ulkus biasanya berlokasi pada daerah metatarsal I, ujung jari kaki, bagian atas jari kaki, diantara jari kaki dan pada tumit.
b) Gangguan motorik berupa kelemahan atau atropi otot intrinsik kaki sehingga memberi deformitas pada kaki misalnya jari-jari kaki seperti cakar.
c)Gangguan otonom menyebabkan kulit kaki kering, pecah dan teraba hangat.
d) Ulkus biasanya berlokasi pada daerah metatarsal I, ujung jari kaki, bagian atas jari kaki, diantara jari kaki dan pada tumit.
III Gejala klinis yang disebabkan oleh infeksi dapat berupa :
a) Terdapat ulkus yang disertai dengan bau busuk, krepitasi atau adanya gas subkutan dan biasanya oleh kuman anaerob.
b) Pada infeksi yang berat akan terlihat tanda-tanda toksisitas sistemik seperti demam, leukositosis dan malaise.
c) Jadi pada kaki diabetik dapat ditemui beberapa ulkus dengan manifestasi klinik yaitu selulitis, abses, ulkus, osteomielitis dan gangren.
b) Pada infeksi yang berat akan terlihat tanda-tanda toksisitas sistemik seperti demam, leukositosis dan malaise.
c) Jadi pada kaki diabetik dapat ditemui beberapa ulkus dengan manifestasi klinik yaitu selulitis, abses, ulkus, osteomielitis dan gangren.
Diagnosis
Diagnosis kaki diabetik ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis, laboratorium kadar gula darah, biakan kuman dan uji kepekaan , Pemeriksaan radiologis berupa foto kaki dan arteriograf, serta pemeriksaan dropler.
Pengobatan
Pengobatan yang diberikan terhadap penderita kaki diabetik meliputi pengobatan sistemik dan pengobatan lokal. Pada pengobatan sistemik dilakukan pemberian obat antibiotik spektrum luas baik terhadap gram positif maupun gram negatif dan juga terhadap bakteri anaerob, sambil menunggu hasil biakan dan uji kepekaan. Disamping itu perlu memperbaiki keadaan umum penderita. untuk pengobatan lokalnya disesuaikan dengan tingkat kerusakan dengan berdasarkan pada klasifikasi Muygit yaitu :
a)Tingkat 0 : Penderita ini belum perlu satu tindakan, tetapi harus sudah memeriksakan diri pada seorang ahli karena kerusakan kecil ini dapat merupakan permulaan satu komplikasi.
b) Tingkat 1:Ulkus superfisial, dilakukan debridement secara bedah dan kimia atau enzim, luka ditutup dengan pembalut yang tidak melengket, luka bersih dan luas dapat ditutup dengan tandur alih kulit.
c) Tingkat 2 :Ulkus sampai ke tendo, ligamentum, tulang atau sendi. Pengobatan pada kaki diabetik tingkat 2 ini perlu debridement. Pengobatan antibiotik yang tepat disesuaikan dengan hasil kepekaan dan uji kepekaan. Dapat dilakukan irigasi larutan antiseptik.
b) Tingkat 1:Ulkus superfisial, dilakukan debridement secara bedah dan kimia atau enzim, luka ditutup dengan pembalut yang tidak melengket, luka bersih dan luas dapat ditutup dengan tandur alih kulit.
c) Tingkat 2 :Ulkus sampai ke tendo, ligamentum, tulang atau sendi. Pengobatan pada kaki diabetik tingkat 2 ini perlu debridement. Pengobatan antibiotik yang tepat disesuaikan dengan hasil kepekaan dan uji kepekaan. Dapat dilakukan irigasi larutan antiseptik.
d) Tingkat 3: Pengobatan pada tingkat 3 pada prinsipnya sama dengan tingkat 2, tetapi mungkin lebih radikal debridement, mungkin perlu sampai ke tulang.
e) Tingkat 4: Pada tingkat ini mengenai satu jari kaki atau lebih pada taraf ini disamping debridement mungkin perlu dilakukan amputasi jari kaki, pengobatan antibiotik dan lokal pada kaki seperti tingkat 2 dan tingkat 3.
f) Tingkat 5: Terjadi gangren kaki, mungkin disertai sepsis, keadaan ini memerlukan tindakan bedah yang segera, karena amputasi dapat menghilangkan infeksi lokal, tingginya amputasi tergantung dari penilaian klinis.
Disamping pengobatan di atas, ada cara-cara pengobatan yang belum lazim misalnya continous percutaneus insulin infusion pada kelainan yang berupa ulkus dan pengobatan oksigen hiperbarik pada penderita yang mengalami gangren.
Pencegahan
Penting sekali untuk memberikan keterangan kepada penderita mengenai hal-hal yang perlu yang dapat mencegah terjadinya infeksi kaki, antara lain :
1. Kebersihan kaki
a) Jangan berjalan dengan kaki telanjang, sebaiknya menggunakan sepatu atau sandal untuk mencegah kakitertusuk benda tajam. Sandal yang dipakai juga harus lembut, tidak kasar yang mengakibatkan lesi. setiaphari kaki harus dibersihkan dengan sabun dan dikeringkan terutama di sela ibu jari kaki.
b) Pada kaki yang kering sebaiknya digunakan krim untuk mencegah kulit pecah-pecah.
c) Potong kuku harus hati-hati, perlu perawatan khusus mengingat luka pada kaki mudah infeksi. Biasanya perawatan kuku yang baik, penderita tidak menggunting tetapi menggunakan semacam kikir.d) Jangan menempatkan kaki ditempat panas karena penderita diabetes dengan neuropati kehilangan rasa tidak merasakan panas.
2. Sepatu, kaos kaki:
a) Gunakan sepatu yang cocok untuk kaki. Pada kaki yang lebar sebaiknya menggunakan sepatu yang lebar. pada kasus tertentu perlu dibuat sepatu yang khusus sesuai dengan kelainan kaki.
b) Bila menggunakan sepatu dalam jangka lama sebaiknya beberapa kali membuka sepatu untuk mencegah penekanan sepatu pada kaki.
C) Kaos kaki sebaiknya yang lembut agar tidak memberikan lecet, tidak menjepit pada kaki agar tidak mengganggu aliran darah ke kaki.
Sumber artikel :
Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin oleh PROF. DR. MUH. DALI AMIRUDDIN Sp.KK
Bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin fakultas kedokteran UNHAS MaKASSAR
0 komentar:
Posting Komentar