Penyakit skabies (penyakit gudik, budukan atau gatal agogo)

Oleh :  Prof DR dr Muhammad Dali Amiruddin Sp.KK
           Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran UNHAS


Pendahuluan

      Skabies adalah penyakit menular akibat infestasi dan sensitisasi tungau Sarcoptes Scabiei varian hominis dan peroduknya pada tubuh. Pada populasi yang besar dan padat insidens skabies tinggi oleh karena kemungkinan kontak person besar. Penyakit ini biasa disebut juga the itch, gudik,budukan atau gatal agogo.

      Masa inkubasi skabies bervariasi, dapat beberapa minggu dan dapat berbulan-bulan dengan tanpa menunjukkan gejala, terutama skabies pada orang bersih. Mellanby menunjukkan bahwa proses sensitisasi dimulai pada 2-4 minggu setelah penularan terjadi.Selama waktu itu kutu berada di atas kulit atau sedang menggali terowongan, rasa gatal timbul setelah penderita tersensitisasi ekskreta kutu. Gambaran klinis biasanya sangat bervariasi sehingga kadang menjadi sulit dalam membuat disgnosis, sehingga perlu diketahui teknik diagnostik yang benar.

      Daerah predileksi pada penyakit ini ialah sela jari tangan dan kaki, pergelangan tangan, daerah ketiak,sekitar pusar, paha bagian dalam, bokong dan genitalia. Pada bayi sering berlokasi pada kepala, telapak tangan dan kaki.

Gambaran klinis

        Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh infestasi sarcoptes scabiei sangat bervariasi, dapat menyerupai dermatitis dengan disertai papula, vesikula, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Meskipun gambaran klinis penyakitnya bervariasi, kita masih dapat menemukan gambaran klinis berupa keluhan subyektif dan obyektif yang sifatnya spesifik.

     Dikenal ada 4 tanda utama (cardinal singn) pada infestasi skabies yaitu :
1. Pruritus nocturna.
   Adanya gatal hebat pada malam hari, keadaan ini disebabkan oleh meningkatnya aktifitas tungau akibat suhu yang lebih lembab dan panas. Sensai gatal yang hebat seringkali mengganggu pada saat penderita tidur.

2. Sekelompok orang
   Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Perlu diperhatikan di dalam kelompok mungkin ditemukan individu yang hiposensitisasi yaitu individu yang sudah terinfestasi parasit tetapi tidak menunjukkan keluhan klinis, individu tersebut dapat menjadi pembawa atau carrier potensial dan menularkan penyakit tersebut ke individu yang lain.

3. Adanya terowongan (kunikulus atau kanalikuli)
   Kelangsungan hidup sarcoptes scabiei sangat tergantung pada kemampuannya meletakkan telur, larva dan nimfa di dalam stratum korneum, oleh karena itu parasit sangat menyukai bagian kulit yang memiliki stratum korneum yang relatif lebih longgar dan tipis. Terowongan biasanya berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjangnya 1 cm, berwarna putih abu-abu, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel. Bila ada infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi dan lain-lain).

4. Menemukan Sarcoptes Scabiei
   Apabila kita dapat menemukan kunikulus/terowongan yang masih utuh kemunginan besar kita dapat menemukan tungau dewasa, larfa, nimfa maupun skibala dan ini merupakan hal yang paling diagnotik. Akan tetapi kriteria yang ke empat ini agak sulit ditemukan karena hampir sebagian besar penderita pada umumnya datang dengan lesi yang sangat variatif dan tidak spesifik.

Bentuk klinis skabies
    Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk khusus, meskipun jarang ditemukan. Kelainan ini dapat menimbulkan kesalahan diagnostik yang berakibat gagalnya pengobatan. Bentuk-bentuk skabies tersebut yaitu :
1. Skabies pada orang bersih
   Kelainan klinisnya berupa adanya lesi berupa papula dan kanalikuli dengan jumlah yang sangat sedikit, kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur.

2. Skabies nodular
   Lesi berupa nodus kecoklatan yang gatal, nodul tejadi akibat reaksi hipersensitivitas terhadap sarcoptes scabiei.Umumnya terdapat pada daerah yang tertutup terutama pada genitalia pria, inguinal dan aksila. Pada nodus yang lama tugau sukar ditemukan, nodus dapat menetap selama beberapa minggu hingga beberapa bulan walaupun telah mendapat pengobatan anti skabies.

3.  Skabies yang ditularkan oleh hewan
   Sarcoptes scabiei varian canis bisa menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan dengan binatang terutama anjing atau kucing. Lesi tidak pada daerah predileksi skabies tipe humanus tetapi pada daerah yang sering berkontak dengan hewan peliharaan, misalnya dada, perut dan lengan. Masa inkubasi jenis ini lebih pendek dan umumnya penyakitnya dapat sembuh sendiri jika penderitanya tidak lagi kontak dengan binatang tersebut.

4. Skabies Norwegian (skabies berkrusta)
   Merupakan skabies berat yang ditandai dengan lesi klinis generalisata berupa krusta dan hiperkeratosis, dengan tempat predileksinya pada kulit kepala yang berambut, telinga, bokong, telapak tangan dan kaki, siku serta lutut. Skabies jenis ini sangat menular, akan tetapi keluhan gatal yang ditimbulkannya bersifat ringan.Bentuk ini dapat ditemukan pada penderita yang mengalami gangguan fungsi imunologik misalnya pada penderita AIDS.

5. Skabies pada bayi dan anak
    Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki dan sering disertai dengan infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan.

Diagnosis

   Bila gejala klinis spesifik, diagnosis skabies mudah ditegakkan, tetapi sering penderita datang dengan lesi yang bervariasi sehingga sulit membuat diagnosis pasti. Pada umumnya diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan ditemukannya dua dari empat cardinal sign yang telah disebutkan di atas yaitu rasa gatal yang khas, terdapatnya erupsi seperti papul, vesikula pada tempat predileksi dan mengenai pada sekelompok orang.Diagnosis pasti ditegakkan bila ditemukan tungau pada daerah lesi. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan tungau dan produknya, yaitu :
1. Kerokan kulit
   Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau larutan KOH
10 %, lalu dilakukan kerokan dengan menggunakan skalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat atap papula atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di atas gelas objek dan ditutup dengan kaca tutup lalu diperiksa di bawah mikroskop.

2. Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test)
   Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 10-20 menit kemudian dihapus dengan alkohol, tes dinyatakan positif bila terbentuk gambaran kanalikuli yang khas berupa garis yang menyerupai huruf S.

3. Membuat biopsi irisan
   Lesi dijepit dengan ibu jari dan telunjuk kemudian dengan menggunakan pisau dibuat irisan tipis yang sangat superfisial, hasil irisan ditempatkan pada gelas objek kemudian ditetesi dengan minyak mineral lalu diperiksa di bawah mikroskop.

4. Uji tetrasiklin
   Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin, setelah tetrasiklin  masuk ke dalam kanalikuli lalu kemudian dibersihkan. dan dengan menggunakan  sinar ultraviolet dari lampu Wood, tetrasiklin tersebut akan memberikan fluoresensi kuning keemasan pada kanalikuli.

  Dari berbagai macam pemeriksaan di atas, pemeriksaan kerokan kulit merupakan cara yang paling mudah dengan hasil yang cukup memuaskan. Agar pemeriksaan berhasil baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Kerokan harus dilakukan pada lesi yang utuh yaitu pada papula dan    kanalikuli,
    jangan dilakukan pada tempat dengan lesi yang tidak spesifik.
2. Sebelum lesi dikerok, terlebih dahulu lesi diolesi dengan minyak    mineral.
    Penggunaan minyak mineral sangat menguntungkan, oleh karena tungau dan
    produknya tidak larut, sehingga dapat ditemukan tungau dalam keadaan hidup dan
    utuh.
3. Dilakukan kerokan pada beberapa lesi dengan lebih mengutamakan pada
    tempat predileksi.
4. Oleh  karena tungau berada di stratum korneum maka kerokan harus lebih 
    superfisial dengan tanpa disertai perdarahan.

    Karena sulitnya menemukan tungau maka diagnosis skabies harus dipertimbangkan pada setiap penderita yang datang dengan keluhan gatal yang menetap.

Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan secara umum
   Penderita dianjurkan untuk menjaga kebersihan dengan mandi secara teratur, seluruh pakaian, sprei dan handuk yang digunakan harus dicuci secara teratur bila perlu direndam dengan air panas. Begitu pula dengan anggota keluarga yang beresiko tinggi untuk tertular, agar ikut menjaga kebersihan dan untuk sementara menghindari kontak langsung.

b. Penatalaksanaan secara khusus
   Pemberian pengobatan harus didasarkan atas efikasi, potensi toksisitas dan cara penggunaan obat yang tepat.Pada kondisi skabies terdapat beberapa macam  tindakan pengobatan, yaitu :

1. Sulfur
    Dalam bentuk parafin lunak, padat dan berwarna, dengan konsentrasi
10 %, bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan membentuk hidrogen sulfide dan pentathionic acid  yang bersifat germicid dan fungicid. Secara umum sulfur bersifat aman dan efektif bila digunakan dalam konsentrasi 2,5 % pada pengobatan skabies pada bayi. Obat ini digunakan setiap malam hari selama 3 malam, lalu dicuci bersih setelah
24 jam dan bisa diulangi setelah 1 minggu kemudian. Obat ini aman digunakan pada bayi, anak-anak, wanita hamil dan menyusui. Kerugian pemakaian obat ini adalah baunya yang tidak enak, dapat mewarnai pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.

2. Benzil benzoat
   Merupakan bahan sintesa dari balsem peru, terdapat dalam bentuk emulsi atau losio 25 %. Obat ini pertama kali digunakan pada tahun 1932. Obat ini digunakan pada kulit selama 24 jam dan digunakan sampai hari ke 3. pemakaian obat dapat di ulangi setelah seminggu. Preparat ini efektif dan secara kosmetik bisa diterima walaupun dapat mnimbulkan gatal dan iritasi, karena itu penderita harus diingatkan untuk tidak menggunakannya secara berlebihan.

3. Gamma benzena heksaklorida
   Obat ini tersedia dalam bentuk krim 1 %, lotion dan gel. Obat ini bersifat skabisid atau mematikan kutu (sarcoptes scabies).kirm atau lotio Gamma benzena heksaklorida ini dioleskan di seluruh tubuh dari leher ke bawah selama 12-24 jam. kemudian Kulit dicuci bersih setelah pemakaian.pemberian selanjutnya setelah 1 minggu pengobatan adalah maksimal 2 kali dengan dengan interval 1 minggu. Hal ini bertujuan untuk memusnahkan larva-larva yang menetas yang tidak mati pada pengobatan yang pertama. Penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan efek pada sistem saraf pusat. pada bayi dan anak dapat menimbulkan neurotoksisitas. Obat ini tidak dianjurkan pada ibu yang menyusui, ibu hamil, dan bayi.

4.Permethrin
   Permethrin merupkan sintesa dari Pyrethroid, sifat skabisidnya sangat baik. Obat ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan skabies karena efek toksisitasnya terhadap mamalia sangat rendah dan kecendrungan keracunan akibat salah penggunaannya sangat kecil. Hal ini disebabkan oleh karena hanya sedikit dari obat ini yang terabsorpsi dan obat ini cepat dimetabolisme. Obat ini tersedia dalam bentuk krim 5 %, penggunaannya selama 8-12 jam. Apabila belum sembuh bisa dilanjutkan dengan pemberian kedua setelah satu minggu. Permethrin tidak diberikan pada bayi yang berumur kurang dari 2 bulan, dan juga wanita hamil dan ibu yang menyusui.Efek  samping dari penggunaan obat ini adalah rasa terbakar, perih dan gatal, tetapi ketiga hal ini jarang ditemukan.

5. Crotamiton krim
   Crotamiton krim ini diketahui tidak mempunyai efekifitas yang tinggi terhadap skabies,meskipun demikian obat ini aman digunakan oleh wanita hamil, bayi dan anak kecil. Cara penggunaanya yaitu dengan mengoleskannya pada leher lalu dilanjutkan ke tubuh bagian bawah. Setelah pemakaian kulit dicuci bersih dan sebaiknya obat ini digunakan selama 5 hari berturut-turut untuk memperoleh hasil pengobatan yang lebih baik dibanding hanya 2 hari pemakaian. Efek samping dari obat ini ialah iritasi jika digunakan dalam waktu yang cukup lama.


6. Monosulfiran
   Tersedia dalam bentuk lotion 25 %, sebelum digunakan harus ditambah    2-3 bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3 hari.

7. Melathion
   Melathion 0,5 %  dapat juga  digunakan dalam pengobatan penyakit    skabies, obat ini digunakan selama 24 jam dan pemberian berikutnya    dilakukan setelah beberapa hari kemudian.

8. Ivermectin
   Ivermectin adalah bahan sintetik yang dihasilkan oleh streptomyces
avermitilis. Obat ini digunakan secara luas pada pengobatan hewan, pada menusia digunakan untuk pengobatan penyakit filarial. Belakangan obat ini diketahui efektif untuk penyakit skabies sehingga dipakai dalam pengobatan penyakit skabies. Obat ini dapat digunakan jika  penderita telah berumur diatas 5 tahun. Dan efek samping yang sering timbul pada penggunaan obat ini ialah kontak dermatitis dan toxic epidermal necrolysis.

Penatalaksanaan skabies krusta
   Terapi skabies bentuk ini mirip dengan bentuk umum lainnya, meskipun pada pengobatan skabies bentuk ini membutuhkan beberapa pengobatan dengan skabesid. Kulit yang diobati meliputi kepala, wajah dan bagian tubuh lainnya. Pengobatan diawali dengan krim permethrin dan jika dibutuhkan diikuti dengan lindane dan sulfur. Mungkin sangat membantu bila sebelum terapi dengan skabisid dilakukan pengobatan dengan keratolitik.

Pengobatan terhadap komplikasi
   Jika terjadi infeksi sekunder oleh bakteri, penderita diberikan obat antibiotik oral khususnya eritromisin.

Pengobatan simptomatik
   Obat anti pruritus seperti anti histamin dapat juga diberikan untuk mengurangi keluhan gatal pada kulit yang biasanya masih ada setelah penderita diberikan obat anti skabies. dapat juga diberikan triamsinolon 0,1 % untuk mengurangi keluhan.

 





















  


0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © Dokter Network Angk 97