Penyakit leukemia limfoblastik akut

oleh : Prof. dr. Iman Supandiman, DSPD.H dalam Buku Hematologi Klinik.



Riwayat penyakit

           Leukemia limfoblastik akut merupakan leukemia yang paling sering dijumpai pada anak-anak. Dapat mengenai baik anak-anak laki-laki maupun wanita dengan frekunsi yang sama. Gambaran penyakitnya bervariasi, pada anak kecil ditandai dengan mendadak panas, pucat dan memar dikulit. Pada anak yang lebih besar sering didahului dengan nyeri ditulang beberapa minggu/bulan sebelum timbulnya ecchymosis, pucat dan panas badan. Perasaan lemah dan berat badan yang tidak bertambah atau nafsu  makan yang sangat menurun, kadang-kadang epistaksis dan perdarahan  gusi dapat merupakan keluhan-keluhan tambahan.

Kelainan fisik

         Anak biasanya terlihat pucat, tampak sakit berat, takikardi adalah merupakan tanda yang selalu ditemukan demikian pula perdarahan fundus oculi. Limfadenopati terdapat di leher, axila dan inguinal, biasanya bersifat simetris. Terdapat hepatosplenomegali, demikian pula tonsil membesar.

         Akan dapat ditemukan ptechiae dan ecchymosis. pada stadium  awal penyakit,  susunan saraf pusat  tidak akan terkena proses. Baru stadium lanjut  akan terlihat gejala rangsangan menigeal dan gejala cerebral dengan timbulnya refleks-refleks patologis. Dapat terjadi perdarahan otak yang berakibat kematian mendadak.

Kelainan hematologis

         Anemia normokrom normositer dengan jumlah eritrosit yang menurun sekitar 1-3 juta. Tidak terlihat polikromasi dan jumlah retikulosit menurun. Lekositosis dengan jumlah leukosit dapat mencapai rata-rata 100.000. Lekosit terdiri dari limfoblas ( reaksi peroksidase negatif) dan jumlah granulosit sangat berkurang. Kira-kira 10% leukemia limfoblastik akut memberikan gambaran leukemia aleukemik dan limfoblas sangat jarang djumpai dalam darah tepi. Pada kasus leukemia yang aleukemik limfosit yang tampak pada darah tepi biasanya berbentuk limfosit yang atipik. Trombositopenia dengan jumlah trombosit rata-rata 75.000/mm3
  
        Kira-kira 10 % kasus mempunyai  trombosit yang normal. Sum-sum tulang hiperseluler disebabkan infiltrasi  masif dengan limfoblas, megakarioblast dan pronormoblas sangat jarang.

Diagnosa banding

       Limfositosis dapat terjadi  akibat infeksi oleh virus yang terjadi pada anak-anak oleh karena itu perlu dibuat diagnosa banding dengan leukemia limfoblastik akut. Pada infeksi biasanya tidak disertai  dengan anemia dan trombositopenia.

       Mononukleosis infeksiosa  yang juga disertai dengan limfositis harus dibuat diagnosa banding dengan leukemia limfoblastik akut. Limfosit pada mononukleosis infeksiosa berbentuk limfosit atipik  bukan limfoblas, pada mononukleosis  tidak ada anemia dan trombositopenia.

       Apabila gejala  trombositopeni yang sangat menonjol  maka harus dibuat diagnosa banding dengan purpura  trombositopeni idiopatik (P.T.I). Pada PTI  tidak terdapat limfositosis  akan tetapi terdapat  granulositosis. Juga pada PTI tidak terdapat anemia, kecuali apabila disertai dengan perdarahan  yang cukup banyak.

Dua hal yang perlu diingat yaitu :

1)  Apabila  seorang anak terkena  suatu infeksi  maka sering disertai dengan
     limfositosis.

2)  Dalam hal yang menyulitkan diagnosa banding  diselesaikan dengan pemeriksaan
     sum-sum tulang, oleh karena  kelainan pada  sumsum tulang berupa infiltrasi
     limfoblas telah  terjadi sejak  stadium awal dari leukemia limfoblastik akut.

       Secara klinis leukemia limfoblastik akut dapat menyerupai demam rheumatik karena  adanya  nyeri di tulang dan sendi, anemia, febris, dan tachykardia. Pemberian obat salisilat kan menyembuhkan sakit sendi pada demam Rheumatik dan tidak pada  leukemia.

    Mononukleosis infeksiosa yang  selalu disertai dengan  limfadenopati  hepatoslenomegali juga  harus  dibuat  diagnosa  banding  secara  klinis  dengan  leukemia  limfoblstik  akut.

Diagnosa pasti

      Anemia,  trombositopenia dan  limfoblastoma disertai  dengan infiltrasi limfoblas dalam  sumsum  tulang.

Komplikasi

       Komplikasi  dibagi  menjadi  dua  macam  yaitu  akibat  dari  penyakitnya  sendiri dan akibat  dari  pengobatan. Komplikasi dari  penyakit : Perdarahan akibat  dari trombositopenia yang  sering berakibat  fatal apabila  terjadi  perdarahan otak. Infiltrasi sel  leukemia  ke otak pun dapat  menyebabkan  gejala-gejala peninggian tekanan intrakranial.

      Komplikasi terapi adalah  terjadinya  gejala  akibat pemberian  kortikosteroid dalam jangka  waktu  lama berupa : mooface. hipertensi, osteoporosis , diabetes , gangguan  keseimbangan  elektrolit dan  masking effect terhadap adanya  infeksi. Komplikasi akibat  pemberian  terapi  dengan terapi  dengan  antimetabolik menimbulkan  ulserasi  traktus  digestivus  sehingga  mengakibatkan lebih  mudah infiltrasi dengan berbagai  macam  bakteri  dan  jamur.

Terapi

      Pertama-tama  perbaiki dahulu keadaan  umum dengan  memperbaiki kondisi anemia, trombsitopenia yang  mengancam. Perbaikan  keadaan  umum  tentu  hanya  dengan  transfusi darah.  Dapat diberikan transfusi  dengan  darah  lengkap atau  dengan  transfusi  dengan  darah  merah  saja.

      Apabila trombositopenianya  berat, maka  kemungkinan perdarahan alat dalam tinggi  maka  diberikan transfusi darah  merah saja. Terapi  terhadap  leukemia  terdiri  dari  beberapa  tahap. Tahap  pertama adalah  tahap  induksi  dengan  pemberian :
1)  Vincristin dosis satu  minggu  satu kali.
2)  Prednison

     Apabila  telah  terjadi remisi yang  ditandai dengan  perbaikan  keadaan umum dan  status  hematologis  maka  dilanjutkan  dengan  tahap  konsolidasi .Remisi klinis adalah :  perbaikan  keadaan  umum,  tidak  ada  febris lagi.

     Remisi hematologis dimana  kadar  hemoglobin naik, mencapai kadar normal, jumlah lekosit menurun demikian juga  trombosit menjadi  normal. Jumlah limfoblas dalam sumsum  tulang kurang dari 10% tahap  konsolidasi ini  ditujukan terhadap sel-sel leukemia yang  bersarang  di susunan saraf pusat yaitu  dengan  pemberian metotrexat intratechal + radiasi susunan saraf pusat.

     Setelah  selesai  tahap  konsolidasi dilanjutkan  dengan  tahap  pemeliharaan  dengan  pemberian  purinethol (antagonis purin ). Kemoterapi  di  atas  adalah salah satu  protokol yang  banyak  dipergunakan . Apabila  respon terapi  di atas tidak  berhasil  dapat  diberikan protokol lain.

    Tindakan  yang  juga  dapat  dilakukan  adalah  cangkok sumsum tulang. Mengingat  bahwa  respon  terhadap  khemoterapi  pada  umumnya  cukup baik maka terapi  dengan  tindakan  cangkok sumsum tulang dilaksanakan pada  remisi kedua.

Prognosis

    Prognosis ditentukan  oleh  beberapa  faktor,  yaitu :

1)  Umur anak-anak  memiliki prognosis yang  lebih baik darpada  umur dewasa dan
     tua.
2)  Respons terhadap  khemoterapi. Mereka  yang  berespons baik  terhadap Khemo-
     terapi mempunyai  prognosis yang  lebih baik.



   




  






       
        


0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © Dokter Network Angk 97