Sub Bagian Endokrin-Metabolik Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
PUSDILIP RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar
PENDAHULUAN
Obesitas adalah suatu keadaan dimana terjadi penimbunan lemak tubuh yang berlebihan sehingga dapat membahayakan kesehatan. Ada beberapa cara yang digunakan untuk menentukan keadaan berat badan seseorang. Kriteria obesitas yang paling banyak digunakan adalah yaitu perbandingan antara berat badan dalam kg dibagi tinggi badan dalam meter pangkat dua (BB kg:TB m2) yang dikenal dengan istilah Indeks Massa Tubuh atau IMT.
Tanpa membedakan wanita dan pria secara umum menurut WHO 1998 seseorang disebut gemuk (overweight) apabila IMT nya 25 kg/m2 atau lebih dan obes bila IMT 30 kg/m2 atau lebih . Beberapa penelitian di Asia seperti di Hongkong dan Singapura berpendapat bahwa klasifikasi IMT menurut WHO kurang sesuai untuk orang Asia. Oleh karena itu diusulkan klasifikasi lain untuk orang dewasa Asia yaitu gemuk (overweight) bila IMT 23 kg/m2 atau lebih, sedang obes bila IMT 25 kg/m2 atau lebih.
Obesitas adalah suatu keadaan dimana terjadi penimbunan lemak tubuh yang berlebihan sehingga dapat membahayakan kesehatan. Ada beberapa cara yang digunakan untuk menentukan keadaan berat badan seseorang. Kriteria obesitas yang paling banyak digunakan adalah yaitu perbandingan antara berat badan dalam kg dibagi tinggi badan dalam meter pangkat dua (BB kg:TB m2) yang dikenal dengan istilah Indeks Massa Tubuh atau IMT.
Tanpa membedakan wanita dan pria secara umum menurut WHO 1998 seseorang disebut gemuk (overweight) apabila IMT nya 25 kg/m2 atau lebih dan obes bila IMT 30 kg/m2 atau lebih . Beberapa penelitian di Asia seperti di Hongkong dan Singapura berpendapat bahwa klasifikasi IMT menurut WHO kurang sesuai untuk orang Asia. Oleh karena itu diusulkan klasifikasi lain untuk orang dewasa Asia yaitu gemuk (overweight) bila IMT 23 kg/m2 atau lebih, sedang obes bila IMT 25 kg/m2 atau lebih.
Kegemukan dapat disebabkan oleh berbagai hal, tetapi yang paling utama adalah makan yang berlebihan (overeating). beberapa faktor yang erat kaitannya dengan kegemukan ialah :
1. Makan berlebihan (overeating)
2. Hidup santai (sedentary lifestyle)
3. Ada hubungannya dengan faktor Keturunan (genetic)
4. Aktifitas fisik yang kurang.
5. Penyakit endokrin : hipotiroidisme, sindroma Cushing
6. Obat-obatan: kortikosteroid, progestogen
2. Hidup santai (sedentary lifestyle)
3. Ada hubungannya dengan faktor Keturunan (genetic)
4. Aktifitas fisik yang kurang.
5. Penyakit endokrin : hipotiroidisme, sindroma Cushing
6. Obat-obatan: kortikosteroid, progestogen
Kegemukan pada saat ini merupakan masalah kesehatan diseluruh dunia, khususnya di negara maju dan yang sedang berkembang. Di negara maju seperti Inggris dan Amerika Serikat dalam dua dekade terakhir gemuk dan obes meningkat sekitar 15%, hal ini mengakibatkan populasi mereka yang gemuk dan obes di negara maju mencapai 50% dari jumlah populasi . Akibat dari gemuk dan obes memberi dampak pada berbagai resiko penyakit khususnya penyakit jantung koroner, hipertensi dan diabetes melitus. Oleh karena itu pengobatan pada mereka yang gemuk dan obes perlu mendapat perhatian khusus, mengingat sebagian besar dari mereka tidak memberi keluhan yang khas.
KEGEMUKAN DAN DIABETES MELITUS
Klasifikasi diabetes melitus (DM) yang baru diperkenalkan oleh American Diabetes Association tahun l997 membagi DM dalam empat kelompok yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM bentuk khusus, dan DM gestasional. Untuk DM tipe 2 tidak lagi dibedakan antara yang gemuk dan tidak gemuk. Walaupun demikian dari segi pemilihan obat hipoglikemik oral / terapi, masih tetap dibedakan antara DM tipe 2 gemuk (obes) dan tidak gemuk (non-obes) . Di negara barat seperti Amerika Serikat DM tipe 2 gemuk ditemukan sekitar 70-80%. Dari data beberapa poliklinik diabetes di Indonesia, penderita DM gemuk hanya berkisar 50-65%. Obesitas dan diabetes melitus sangat erat kaitannya dengan resiko penyakit kardiovaskuler, dan keduanya termasuk dalam apa yang disebut sindroma resistensi insulin.
Makin gemuk seseorang makin besar kemungkinan menderita diabetes melitus tipe 2 . Diperkirakan pada obesitas resiko menderita diabetes melitus tipe 2 mencapai 57%.
KEGEMUKAN DAN DIABETES MELITUS
Klasifikasi diabetes melitus (DM) yang baru diperkenalkan oleh American Diabetes Association tahun l997 membagi DM dalam empat kelompok yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM bentuk khusus, dan DM gestasional. Untuk DM tipe 2 tidak lagi dibedakan antara yang gemuk dan tidak gemuk. Walaupun demikian dari segi pemilihan obat hipoglikemik oral / terapi, masih tetap dibedakan antara DM tipe 2 gemuk (obes) dan tidak gemuk (non-obes) . Di negara barat seperti Amerika Serikat DM tipe 2 gemuk ditemukan sekitar 70-80%. Dari data beberapa poliklinik diabetes di Indonesia, penderita DM gemuk hanya berkisar 50-65%. Obesitas dan diabetes melitus sangat erat kaitannya dengan resiko penyakit kardiovaskuler, dan keduanya termasuk dalam apa yang disebut sindroma resistensi insulin.
Makin gemuk seseorang makin besar kemungkinan menderita diabetes melitus tipe 2 . Diperkirakan pada obesitas resiko menderita diabetes melitus tipe 2 mencapai 57%.
PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS GEMUK
Penatalaksanaan pada setiap penderita DM terdiri atas a) penatalaksanaan non-farmakologik yaitu terapi nutrisi medik (perencanaan makan), olah raga, edukasi, dan b) pemakaian obat untuk menurunkan kadar glukosa darah. Khusus untuk penderita DM tipe 2 gemuk penatalaksanaan non-farmakologik sangat penting, oleh karena hanya dengan terapi nutrisi medik dan olah raga dapat menurunkan berat badan penderita. Telah terbukti bahwa dengan meningkatnya berat badan >10% dari berat badan awal akan meningkatkan resiko terjadinya DM . Sebaliknya dengan menurunkan berat badan penderita DM gemuk dapat memperbaiki keadaan intoleransi glukosa.
Terapi non farmakologik memang menjadi tujuan utama pada DM gemuk, sayangnya terapi non-farmakologik tidak selalu berhasil, bahkan lebih sering gagal. Oleh karena itu beberapa upaya telah diusahakan untuk tetap berusaha menurunkan berat badan penderita DM tipe 2 gemuk, antara lain adalah dengan penambahan obat-antiobesitas seperti orlistat. Oleh karena penderita DM gemuk sering disertai dengan berbagai kelainan metabolik lainnya seperti adanya resistensi insulin / hiperinsulinemi, tingginya kadar trigliserid disertai rendahnya HDL-kolesterol, dan hipertensi. Dengan sendirinya pengobatan pada penderita diabetes melitus gemuk harus diperhitungkan semua faktor tersebut.
PENGOBATAN FARMAKOLOGIK DM GEMUK
1. Obat hipoglikemik oral
Pada saat ini telah dipasarkan sebanyak 5 jenis obat hipoglikemik oral yaitu sulfonilurea, biguanid, alpha glucosidase inhibitor (akarbose), non-sulfonilurea sekretogogue (repaglinid, natiglinid), dan thiozolidinediones (pioglitazon, rosiglitazon). Dalam pemilihan obat hipoglikemik oral untuk diabetes melitus gemuk selalu harus diperhatikan efek samping meningkatnya kadar insulin plasma, dan bertambahnya berat badan. Golongan thiozolidinediones, metformin, akarbose serta repaglinide dianjurkan untuk diabetes melitus gemuk .
Penatalaksanaan pada setiap penderita DM terdiri atas a) penatalaksanaan non-farmakologik yaitu terapi nutrisi medik (perencanaan makan), olah raga, edukasi, dan b) pemakaian obat untuk menurunkan kadar glukosa darah. Khusus untuk penderita DM tipe 2 gemuk penatalaksanaan non-farmakologik sangat penting, oleh karena hanya dengan terapi nutrisi medik dan olah raga dapat menurunkan berat badan penderita. Telah terbukti bahwa dengan meningkatnya berat badan >10% dari berat badan awal akan meningkatkan resiko terjadinya DM . Sebaliknya dengan menurunkan berat badan penderita DM gemuk dapat memperbaiki keadaan intoleransi glukosa.
Terapi non farmakologik memang menjadi tujuan utama pada DM gemuk, sayangnya terapi non-farmakologik tidak selalu berhasil, bahkan lebih sering gagal. Oleh karena itu beberapa upaya telah diusahakan untuk tetap berusaha menurunkan berat badan penderita DM tipe 2 gemuk, antara lain adalah dengan penambahan obat-antiobesitas seperti orlistat. Oleh karena penderita DM gemuk sering disertai dengan berbagai kelainan metabolik lainnya seperti adanya resistensi insulin / hiperinsulinemi, tingginya kadar trigliserid disertai rendahnya HDL-kolesterol, dan hipertensi. Dengan sendirinya pengobatan pada penderita diabetes melitus gemuk harus diperhitungkan semua faktor tersebut.
PENGOBATAN FARMAKOLOGIK DM GEMUK
1. Obat hipoglikemik oral
Pada saat ini telah dipasarkan sebanyak 5 jenis obat hipoglikemik oral yaitu sulfonilurea, biguanid, alpha glucosidase inhibitor (akarbose), non-sulfonilurea sekretogogue (repaglinid, natiglinid), dan thiozolidinediones (pioglitazon, rosiglitazon). Dalam pemilihan obat hipoglikemik oral untuk diabetes melitus gemuk selalu harus diperhatikan efek samping meningkatnya kadar insulin plasma, dan bertambahnya berat badan. Golongan thiozolidinediones, metformin, akarbose serta repaglinide dianjurkan untuk diabetes melitus gemuk .
2. Obat yang berkaitan dengan faktor resiko kardiovaskuler
a. Obat antihipertensi seperti ACE-inhibitor dan Ca antagonis
b. Obat hipolipidemik golongan statin maupun fibrat
a. Obat antihipertensi seperti ACE-inhibitor dan Ca antagonis
b. Obat hipolipidemik golongan statin maupun fibrat
3. Obat anti obesitas
Obat anti obesitas yang paling banyak digunakan pada saat ini adalah golongan penghambat enzim lipase pankreas di usus yaitu orlistat (Xenical).
Obat anti obesitas yang paling banyak digunakan pada saat ini adalah golongan penghambat enzim lipase pankreas di usus yaitu orlistat (Xenical).
EFEK ORLISTAT PADA DM TIPE 2 GEMUK.
Lemak yang kita makan akan dicerna oleh lipase dari lambung dan pankreas. Orlistat adalah suatu sintetik lipase inhibitor yang mencegah hidrolisis trigliserid di makanan sehingga mencegah penyerapan monogliserid dan lemak bebas di usus. Dengan menekan penyerapan lemak di usus maka deposit lemak tubuh akan menurun. Perlu selalu diingat bahwa pemberian orlistat selalu harus diikuti dengan terapi nutrisi medik dan olah raga untuk mendapat penurunan berat badan yang baik. Pada umumnya dengan penurunan berat badan sebesar 5%-10% dari berat badan awal pada mereka yang gemuk sudah dapat mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler antara lain penurunan kadar insulin basal dan memperbaiki kadar glukosa darah .
Langkah pertama pengobatan pada penderita diabetes melitus tipe 2 gemuk adalah menurunkan berat badan yang selalu dimulai dengan diet rendah kalori dan olah raga. Adalah suatu kenyataan bahwa baik pengobatan diet rendah kalori maupun olah raga dapat menurunkan berat badan tetapi sulit untuk mempertahankan berat badan yang sudah turun dalam jangka lama. Selain itu pemberian obat golongan sulfonilurea akan menambah berat badan penderita. Oleh karena itu perlu dicari alternatif lain untuk berusaha menurunkan berat badan penderita dan mempertahankan berat badan yang sudah turun. dari berbagai penelitian tentang orlistat, obat tersebut memang telah terbukti dapat menurunkan berat badan pada penderita gemuk dan mempertahankan berat badan yang sudah turun.
Efek samping orlistat yang mungkin dapat ditemukan
Efek samping obat pada umumnya berkaitan dengan saluran cerna seperti sering flatus, bercak minyak (oily spotting), buang air besar yang sulit ditahan, tinja berminyak, buang air besar yang lebih sering. Tidak ditemukan adanya kejadian batu kantong empedu maupun batu ginjal.
RINGKASAN
Diabetes melitus tipe 2 gemuk paling banyak ditemukan di klinik. Selain menggunakan obat hipoglikemik oral, penurunan berat badan sangat penting. Dengan menurunkan berat badan penderita yaitu dengan terapi nutrisi medik (diet) dan olah raga selain dapat memperbaiki kadar glukosa plasma juga dapat mengurangi faktor-faktor resiko penyakit jantung koroner lainnya seperti kadar lipid plasma, kadar insulin plasma, dan tekanan darah .Penurunan berat badan 5-10% saja sudah dapat memperbaiki faktor-faktor resiko penyakit jantung koroner yang disebut diatas.
Lemak yang kita makan akan dicerna oleh lipase dari lambung dan pankreas. Orlistat adalah suatu sintetik lipase inhibitor yang mencegah hidrolisis trigliserid di makanan sehingga mencegah penyerapan monogliserid dan lemak bebas di usus. Dengan menekan penyerapan lemak di usus maka deposit lemak tubuh akan menurun. Perlu selalu diingat bahwa pemberian orlistat selalu harus diikuti dengan terapi nutrisi medik dan olah raga untuk mendapat penurunan berat badan yang baik. Pada umumnya dengan penurunan berat badan sebesar 5%-10% dari berat badan awal pada mereka yang gemuk sudah dapat mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler antara lain penurunan kadar insulin basal dan memperbaiki kadar glukosa darah .
Langkah pertama pengobatan pada penderita diabetes melitus tipe 2 gemuk adalah menurunkan berat badan yang selalu dimulai dengan diet rendah kalori dan olah raga. Adalah suatu kenyataan bahwa baik pengobatan diet rendah kalori maupun olah raga dapat menurunkan berat badan tetapi sulit untuk mempertahankan berat badan yang sudah turun dalam jangka lama. Selain itu pemberian obat golongan sulfonilurea akan menambah berat badan penderita. Oleh karena itu perlu dicari alternatif lain untuk berusaha menurunkan berat badan penderita dan mempertahankan berat badan yang sudah turun. dari berbagai penelitian tentang orlistat, obat tersebut memang telah terbukti dapat menurunkan berat badan pada penderita gemuk dan mempertahankan berat badan yang sudah turun.
Efek samping orlistat yang mungkin dapat ditemukan
Efek samping obat pada umumnya berkaitan dengan saluran cerna seperti sering flatus, bercak minyak (oily spotting), buang air besar yang sulit ditahan, tinja berminyak, buang air besar yang lebih sering. Tidak ditemukan adanya kejadian batu kantong empedu maupun batu ginjal.
RINGKASAN
Diabetes melitus tipe 2 gemuk paling banyak ditemukan di klinik. Selain menggunakan obat hipoglikemik oral, penurunan berat badan sangat penting. Dengan menurunkan berat badan penderita yaitu dengan terapi nutrisi medik (diet) dan olah raga selain dapat memperbaiki kadar glukosa plasma juga dapat mengurangi faktor-faktor resiko penyakit jantung koroner lainnya seperti kadar lipid plasma, kadar insulin plasma, dan tekanan darah .Penurunan berat badan 5-10% saja sudah dapat memperbaiki faktor-faktor resiko penyakit jantung koroner yang disebut diatas.
Adalah suatu kenyataan bahwa penurunan berat badan dengan diet dan olah raga sulit untuk dipertahankan dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu beberapa peneliti menganjurkan penambahan obat anti obesitas seperti orlistat. Hasil penelitian Hollander dkk pada penderita diabetes melitus tipe 2 gemuk yang mendapat tambahan obat orlistat selain terapi nutrisi medik kalori rendah menunjukkan bahwa pemberian tambahan orlistat pada penderita diabetes melitus tipe 2 gemuk tidak hanya menurunkan berat badan saja tetapi juga menurunkan kadar glukosa plasma puasa, HbA1c, dan memperbaiki profil lipid serum.
Daftar Pustaka
1. The Asia Pacific Perspective: Redefining obesity and
its treatment. Assessment Diagnosis. 2000:15-21.
2. Lean MEJ. Why do some people get fat?. Obesity a clinical
2. Lean MEJ. Why do some people get fat?. Obesity a clinical
issue. 1996;8-12.
3. Wilding J. Science, medicine, and the future: obesity
3. Wilding J. Science, medicine, and the future: obesity
treatment. BMJ. 1997;315:997-1000.
4. Kassirer JP, Angell M. Losing weight – an ill-fated new years
4. Kassirer JP, Angell M. Losing weight – an ill-fated new years
resolution. N Engl J Med. 1998;338:52-54.
5. Defronzo RA. Insulin resistance and hyperinsulinemia: the link
5. Defronzo RA. Insulin resistance and hyperinsulinemia: the link
between NIDDM, CAD, hypertension and dyslipidemia. New
Horizons in Diabetes Mellitus and Cardiovascular Disease.
Schwartz CJ, Born GVR (eds). 1995:11-27.
6. Deedwania PC. The deadly quartet revisited. Am J Med. 1998;105
6. Deedwania PC. The deadly quartet revisited. Am J Med. 1998;105
(1A):1S-3S.
7. Westlund K, Nicolaysen JM. Ten-year mortality and morbidity
7. Westlund K, Nicolaysen JM. Ten-year mortality and morbidity
related to serum cholesterol: a follow-up of 3751 men aged
40-49. Scand J Clin Lab Invest 1972;30 (suppl 127):3-24.
8. Wannamethee SG, Shaper AG. Weight change and duration of
8. Wannamethee SG, Shaper AG. Weight change and duration of
overweight and obesity in the incidence of type 2 diabetes.
Diabetes Care. 1999;22:1266-1272.
9. Scheen AJ, Lefebvre PJ. Management of the obese diabetic
9. Scheen AJ, Lefebvre PJ. Management of the obese diabetic
patient. Diabetes Review. 1999;7:77-93.
10.Heymsfield SB, Segal KR, Hauptman J, Lucas CP, Boldrin
MN,Rissanen A, Wilding JPH, Sjostrom L. Effects of
weight loss with orlistat on glucose tolerance and progression
to type 2 diabetes in obese adults. Arch Intern Med.
2000;160:1321-26.
11.Hollander PA, Elbein SC, Hirsch IB, Kelley D, McGill J, Taylor
11.Hollander PA, Elbein SC, Hirsch IB, Kelley D, McGill J, Taylor
T, Weiss SR, Crockett SE, Kaplan RA, Comstock J, Lucas CP,
Lodewick PA, Canovatchel W, Chung J, Hauptman J. Role of
orlistat in the treatment of obese patients with type 2
diabetes. Diabetes Care. 1998;21:1228—94.
Artikel dibacakan pada SIMPOSIUM DIABETES MELITUS
dengan tema “New Approach in the Treatment of Type 2 Diabetes”
bertempat di Makassar, 21 – 22 Oktober 2000
dengan tema “New Approach in the Treatment of Type 2 Diabetes”
bertempat di Makassar, 21 – 22 Oktober 2000
Mengenai penelitian orlistat silahkan baca artikel Penatalakasanaan penderita gemuk-obes dan manfaat klinis orlistat
0 komentar:
Posting Komentar